Rabu, 23 Desember 2009

Yaqut Al Hamawi, Seorang Ahli Geografi dari Suriah

Yaqut Al Hamawi merupakan seorang ilmuwan yang lahir di semenanjung Anatolia dari keluarga yang berdarah Yunani. Namun dia lebih dikenal sebagai ilmuwan yang berasal dari Hama, Suriah. Sebab dia banyak mengahabiskan waktu hidupnya tinggal di Suriah. Yaqut hidup antara tahun 1179 hingga tahun 1229. Dia merupakan seorang ahli geografi, sejarah, dan etnografi.

Yaqut semasa hidupnya pernah memiliki pengalaman yang sangat buruk. Dia pernah ditangkap dan dijual kepada seorang pedagang buku di Baghdad sebagai budak oleh seorang penjahat. Pada masa itu terjadi perebutan kekuasaan antara Kerajaan Seljuk Rum dan Kekaisaran Bisantium. Sehingga banyak orang yang ditawan dan dijual sebagai budak. Tetapi Yaqut bernasib baik. Rupanya pedagang buku yang membeli Yaqut merupakan orang yang berhati mulia. Dia memperlakukan Yaqut dengan baik dan adil. Bahkan Yaqut mendapatkan pendidikan dari pedagang buku tersebut.

Selama mengikuti pedagang buku tersebut, Yaqut bertugas sebagai penulis. Dia juga ikut tuannya bertualang ke berbagai wilayah dan negeri untuk berjualan buku. Rupanya saat diminta menuliskan buku para ilmuwan maupun pelajar, Yaqut banyak mendapatkan ilmu dari buku-buku yang dia tuliskan. Hal itu membuat Yaqut semakin pandai dari hari ke hari. Bahkan dia mulai belajar bagaimana menuliskan bukunya sendiri. Selain menulis, dia juga sering belajar dan berlatih bahasa Arab dan tata bahasa. Sebagai seorang ahli geografi, dia juga selalu tertarik dengan tempat, orang-orang setempat, beragam populasi, pakaian maupun adat-istiadat masyarakat yang dia kunjungi.

Perjalanannya yang panjang dari suatu negeri ke negeri lain dan kemampuannya menulis yang semakin terasah mendorongnya untuk menuliskan pengalaman dirinya saat tinggal di wilayah-wilayah yang dikunjunginya. Apalagi pengetahuan geografinya semakin meningkat dengan semakin banyaknya wilayah yang dia singgahi bersama tuannya. Waktu terus berlalu, tahun demi tahun pun berganti. Suatu ketika, tuannya melihat bakat yang luar biasa dari Yaqut. Diapun bermurah hati, dia tidak ingin Yaqut hidup dibawah bayang-bayangnya. Akhirnya dengan kebesaran hati, tuannya melepaskan Yaqut sebagai budaknya. Dia membiarkan Yaqut pergi dan melanjutkan mimpinya menjadi seorang petualang dan ahli geografi terkemuka di seluruh negeri. Menurut sebuah catatan sejarah, Yaqut pernah menikah dan menjadi ayah di Baghdad sebelum tuannya membebaskannya sebagai budaknya.

Kebanyakan para budak, setelah diberikan kemerdekaan oleh para tuannya, mereka diberi harta dan tempat yang aman untuk tinggal. Namun pedagang buku tersebut hanya memberikan Yaqut kebebasan, bekal pendidikan yakni menulis manuskrip dan bahasa Arab. Sehingga selama pengembaraannya bertahun-tahun dia mencari nafkah dengan menyalin banyak buku serta menjual berbagai macam naskah. Dia pergi ke tempat-tempat yang paling jauh di dunia Muslim, termasuk Oman, barat laut Iran, Mesir, dan Palestina.

Suatu ketika, Yaqut mencapai kota Merv, Turkmenistan dan tinggal di sana selama dua tahun. Rupanya dia sangat suka dengan kondisi kota Merv yang menjadi salah satu pusat peradaban Islam dan pusat belajar para ilmuwan, ahli filsafat, maupun para pelajar dari berbagai pelosok negeri. Selain itu di kota tersebut terdapat 10 perpustakaan yang memiliki ribuan buku. Perpustakaan di Merv terletak di masjid-masjid dan di berbagai madrasah. Untuk memperdalam dan mempertajam tulisannya, Yaqut sering mengunjungi berbagai perpustakaan baik yang terletak di kota Merv maupun di Khwarizm.

Pada tahun 1218, dia pindah ke Khiva dan Balkh, tetapi dia pindah ke kota itu pada saat yang tidak tepat. Sebab pada masa itu, yakni pada tahun 1219, bangsa Mongolia yang dipimpin oleh Jenghis Khan dari Kerajaan Timur terus bergerak ke barat dan menghancurkan seluruh wilayah bagian timur kekuasaan Islam. Yaqut juga merupakan ilmuwan terakhir yang mendapatkan akses ke perpustakaan yang berada di sebelah timur Laut Kaspia, yang sekarang merupakan bekas wilayah Republik Soviet di Asia Tengah. Sepeninggalnya, perpustakaan tersebut bersama dengan tanah, kota-kota, dan penduduknya dibumihanguskan oleh serangan tentara invasi Mongolia.

Yaqut sendiri hampir tertangkap oleh pasukan Mongolia ketika gelombang pertama invasi Mongolia sedang berlangsung pada tahun 1220. Dia melarikan diri dari kejaran para pasukan Mongol dengan membawa seluruh naskah tulisannya menyebrangi Persia menuju Mosul. Lalu dia lari dari Mosul menuju Aleppo, Suriah. Selama tinggal di Aleppo, dia masih sering melakukan perjalanan ke negara-negara lainnya untuk menyelesaikan naskah geografinya. Dia pergi ke Palestina, Mesir, Irak, dan banyak negeri lainnya.

Yaqut benar-benar seorang ahli geografi yang memahami berbagai konsep ahli geografi Muslim yang sangat berkaitan erat dengan ilmu matematika dan fisika. Sehingga dia dapat menggambarkan wilayah-wilayah secara geografi dan mendokumentasikannya dengan baik.

Saat menuliskan karya-karyanya, dia sering melihat dan membaca karya-karya para ilmuwan sebelumnya. Bahkan terkadang dia memperbaiki karya-karya para pendahulunya jika dirasa tidak benar. Seluruh karya Yaqut dikoreksi secara cermat berkali-kali. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan fakta maka akan diedit dan diperbaiki. Sehingga karyanya memiliki ketepatan dan ketelitian informasi yang tinggi.

Saat-saat menjelang akhir hidupnya, Yaqut telah memperoleh banyak kekayaan yang cukup. Sehingga dia memberikan bantuan kepada janda dan anak yatim dari mantan tuannya, si pedagang buku yang telah jatuh pada masa-masa sulit. Hal ini sangat luar biasa mengingat fakta bahwa tidak seperti kebanyakan sarjana pada abad pertengahan yang sering berlindung di bawah kekuasaan para kalifah, Yaqut tidak memiliki pelindung. Dia juga seorang yang murah hati. Akhirnya Yaqut menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1229 di Aleppo.


Karya-karya Yaqut Al Hamawi

Yaqut merupakan seorang ahli geografi yang menghasilkan banyak karya tetapi hingga saat ini hanya empat dari sekian banyak karyanya yang selamat dari rengkuhan zaman. Karya Yaqut yang sangat fenomenal berjudul Mujam al Budan (Kumpulan negara-negara). Buku tersebut berisi tentang gambaran geografis tempat-tempat yang pernah dia singgahi dan merupakan ensiklopedi geografis yang begitu luas isinya. Dalam bukunya tersebut Yaqut menuliskan tentang hampir semua pengetahuan abad pertengahan dunia, mulai dari arkeologi, etnografi, sejarah, antropologi, ilmu alam, geografi, memberi koordinat untuk setiap tempat. Pada setiap kota yang dia gambarkan, dia memberikan nama, menjelaskan kekayaan kota tersebut, sejarahnya berdirinya kota tersebut, penduduknya, dan tokoh-tokoh terkemuka serta berbagai hal yang terkait dalam kajian ilmu geografi dan alam. Karya lainnya adalah buku yang berjudul Mu'ajam al-Udaba (Kamus dari orang-orang terpelajar). Kedua karya tersebut memiliki 33.180 halaman.

Dia menceritakan negeri-negeri islam di Timur Tengah. Selain itu, dia juga menceritakan keadaan kota-kota yang berada di Spanyol Islam, Andalusia. Dalam bukunya, dia menuliskan bahwa kota Jativa merupakan pusat pembuatan kertas di semenanjung Iberia.

Untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat mengenai kota-kota yang akan ditulisnya, Yaqut bepergian ke Persia, Arab, Irak dan Mesir. Dia juga membangun hubungan dan persahabatan yang baik dengan para ilmuwan dan sejarawan. Dia juga menjalin hubungan baik dengan seorang menteri. Menurut catatan Muslimheritage.com, Yaqut mempersembahkan salah satu buku karyanya kepada sang menteri.

Mujam al Budan bukan hanya kumpulan fakta-fakta dari perjalanan panjangnya mengelilingi kota-kota dan negara-negara. Tetapi juga berisi fakta-fakta yang diperolehnya dari para ahli sejarah, ahli geografi, dan para pengembara yang dia temui atau dia kenal semasa hidupnya. Karyanya tersebut juga memberikan wawasan yang luas dan terperinci mengenai Timur Tengah dan Asia Tengah pada masa menjelang berakhirnya kekuasaan Khalifah Abbasiyah. Dalam bukunya tersebut, Yaqut juga menggambarkan adanya kincir air yang digunakan untuk berbagai macam keperluan di Hama, Suriah termasuk keperluan pertanian. Bahkan Mujam al Budan merupakan karya yang masih bagus untuk referensi hingga saat ini. Meskipun mungkin ada sejumlah perubahan dari tempat-tempat yang dia gambarkan pada masa itu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar