Rabu, 23 Desember 2009

Mahmud Al-Kashgari, Seorang Kartografer dari Turki

Mahmud Al-Kashgari yang bernama lengkap Mahmud ibn Hussayn ibn Muhammad al-Kashgari merupakan seorang sarjana Uighur terkemuka yang kepandaiannya luar biasa yang berasal dari Turki. Dia dilahirkan di Kashgar pada abad ke-11 dari keluarga Hamirs yang terhormat yang berhubungan dengan suku Oguz. Al-Kashgari juga terkenal sebagai seorang kartografer yang ahli dalam membuat peta. Selain itu, dia juga sangat ahli dalam bidang lexicography (perkamusan).

Ayah Al-Kashgari bernama Hussayn yang menjabat sebagai walikota Barsgan dan memiliki hubungan dekat dengan Dinasti Qara Khanid yang berkuasa pada masa itu. Ayahnya melakukan imigrasi dari Barsgan ke Kashgar di mana Al-Kashgari dilahirkan.

Al-Kashgari mendapatkan pendidikan yang sangat baik. Dia mengamati studi ilmiah Islam, fasih berbicara dan menulis bahasa Arab dan Persia, dia juga banyak melakukan perjalanan secara ekstensif di wilayah Turki untuk belajar semua dialek bahasa Turki dan mempelajari berbagai macam tradisi daerah Turki, termasuk berbagai macam kesnian, maupun cerita rakyatnya.

Sejak muda, dia memang aktif mempelajari dialek Turki dan dia merupakan orang pertama yang menulis kamus komprehensif dari bahasa Turki yang berjudul Dīwānu l-Luġat al-Turk ( (Arabic: Compendium dari bahasa Turki ) pada tahun 1072. Dia bertujuan menulis kamus tersebut supaya khalifah Baghdad menggunakan kamus tersebut karena pada masa itu Arab merupakan sekutu Turki. Kamus tersebut begitu lengkap dan berisi contoh-contoh puisi Turki tua dalam bentuk khas kuatrain yang mewakili semua genre utama seperti: epik, penggembalaan, pengajaran, lirik, dan bersifat sajak sedih. Sejumlah catatan sejarah menyebutkan bahwa Al-Kashgari memiliki reputasi sebagai seorang sarjana Turki yang memiliki pengetahuan komprehensif dan menyeluruh mengenai sejarah, geografi, dan cerita-cerita rakyat Turki dengan baik.

Seperti yang dia ceritakan dalam salah satu bukunya, banyak penduduk asli Kashgar, termasuk keluarganya berimigrasi dari Kashgar ke Irak dalam rombongan Terken Hatun, istri Malik Syah yang berkuasa antara tahun 1072-1092. Pada masa itu, Irak merupakan salah satu pusat-pusat budaya dunia Islam yang sangat penting dan menjadi salah satu pusat tujuan penelitian ilmiah. Selain itu, Baghdad berada di bawah pengaruh Turki sebab saat itu orang-orang Turki yang menjaga kekuasaan khalifah.

Sebagai seorang kartografer, dia sangat aktif dalam membuat peta. Pengetahuan geogarifnya juga sangat tinggi. Dia membuat peta yang menggambarkan wilayah pertama yang dihuni oleh orang-orang Turki pada masa lampau. Dalam salah satu karyanya yang berjudul Dîvân Lugât it-Turk, Al-Kashgari mengungkapkan daerah semua suku-suku Turki dari Eropa ke Cina . Dalam buku tersebut, dia juga menggambarkan secara detil daerah-daerah tersebut dalam peta melingkar. Hal itu dilakukannya untuk menunjukkan daerah-daerah yang dihuni oleh orang-orang Turki. Dalam peta tersebut dia menggambarkan berbagai daerah baik yang terdapat di timur, barat, utara dan selatan yang dilengkapi dengan gambar beberapa laut dan sungai. Daerah di Barat yang ditinggali oleh suku Turki adalah daerah yang ditinggali Kipcaks dan kaum Frank. Suku Turki juga tinggal di barat daya Ethiopia, di selatan India, di timur Cina dan Jepang. Suku Turki juga tinggal di pusat kota-kota Turki seperti Yarkent,. Kashgar, Barsgan, Balasagun, Yifruc, Ikiokuz, Asbuali, Kumri, Talas

Dalam Muslimheriteg.com disebutkan sejumlah data yang terdapat dalam peta Al-Kashgari memang ada yang salah. Namun dalam menggambarkan wilayah timur semuanya benar dan detil. Dia menggambarkan Tembok Besar Cina pada petanya dan menyebutkan bahwa tembok tersebut dan pegunungan tinggi Cina merupakan hambatan alam yang menyulitkannya untuk belajar bahasa Cina. Dia juga menyatakan bahwa Jepang memiliki nasib yang sama sebagi sebuah pulau di bagian timur Asia.

Sejumlah catatan sebelumnya menyebutkan bahwa peta pertama Jepang digambar pada abad ke-14 dan itu dimasukkan untuk pertama kalinya di atlas dunia pada abad ke-15. Namun, ternyata peta pertama Jepang dibuat oleh Al-Kashgari pada abad ke-11, meskipun terdapat kesalahan dan gambarnya kurang detil. Setelah memberikan banyak jasa bagi kemajuan ilmu geografi dan perkembangan peta, Al-Kashgari akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1102 pada usianya yang ke- 97 di Upal, sebuah kota kecil barat daya Kashgar dan dia dimakamkan di sana.

Al-Kashgari merupakan sarjana yang mempunyai rasa nasionalisme tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan sikapnya yang menekankan pentingnya untuk belajar bahasa Turki. Suatu ketika dia pernah berpidato yang menekankan pentingnya mempelajari bahasa Turki. Dia mengatakan, "Aku bersumpah demi kehormatan saya bahwa saya mendengar dua pemimpin agama berbicara tentang pidato Nabi, pemimpin agama tersebut satu dari Bukhara dan yang satunya lagi dari Nishabur. Dalam pidato Nabi yang mereka dengar, Nabi meminta semua orang harus belajar bahasa Turki karena Turki akan berkuasa pada waktu yang lama. Oleh karena itu mereka harus belajar bahasa Turki. Allah juga mengijinkan matahari kemakmuran naik dari menara Turki dan membiarkan keberuntungan tetap menjaga harta mereka. Allah memberi mereka nama bangsa Turki dan membuat mereka menjadi gubernur dan penguasa dunia,” katanya. Namun perkataan Al-Kashgari itu benar atau tidak belum bisa dibuktikan.

Al-Kashgari menganggap bangsa Turki merupakan bangsa yang hebat sehingga mampu memimpin semua bangsa-bangsa lain di dunia. Menurutnya, bagi siapapun yang berpihak pada Turki dianggap diberkati, dilindungi dari kejahatan dan semua keinginan mereka terpenuhi karena hubungan mereka dengan orang Turki. Cara yang paling logis agar dapat berkomunikasi dengan orang Turki dan untuk memenangkan persahabatan dengan mereka adalah belajar bahasa Turki. Jika dilihat dari pernyatan-pernyataannya, sepertinya Al-Kashgari salah satu penganut paham chauvinisme yang menggap bangsanya merupakan bangsa yang paling hebat.

Dîvân Lugât it-Turk

Al-Kashgari menulis bukunya berupa kamus yang paling terkenal, Dîvân Lugât it-Turk pada tanggal 25 Januari tahun 1072 dan menyelesaikan buku tersebut pada bulan Febuari tahun 1074. Dia menuliskan buku tersebut pada masa pemerintahan Khalifah Al-Kaim. Namun dia mempersembahkan buku tersebut kepada Khalifah Muktedî Billah yang berkuasa pada tahun 1075 hingga l094. Buku ini ditulis untuk mengajarkan orang-orang Arab bahasa Turki dan menunjukkan bahwa bahasa Turki itu sama pentingnya dengan bahasa Arab.


Dalam bukunya tersebut, di bawah judul Turki, dia memberikan informasi bahwa nama Turki diberikan oleh Allah. Hal tersebut diceritakan kepadanya oleh Halefoglu Sheikh Husseinyang berasal dari Kashgar. Dia juga menyebutkan bahwa bangsa Turki juga memiliki banyak keutamaan seperti kecantikan, kesopanan, keramahtamahan, dan rasa hormat terhadap orang tua mereka. Kata-kata mereka juga menjaga kehormatan, kesederhanaan, keberanian dan kejujuran.

Dîvân Lugât it-Turk sering digunakan oleh banyak ilmuwan sebagai referensi pada tahun-tahun berikutnya, bahkan ketika dia sudah meninggal. Salah seorang penulis Turki yang terkenal bernama Badr al-Din Mahmud dalam bukunya yang berjudul Ikd al-Cumân fî Tarîh ahl al-Zamân juga menyebutkan buku Dîvân Lugât it-Turk. Hal yang sama juga dilakukan oleh seorang penuli yang bernama Hajji Khâlifa dalam bukunya berjudul Kasf al-Zunûn. Sedangkan terjemahan buku tersebut ke dalam bahasa Inggris dilakukan oleh Dankoff dan James Kelly. Sebab buku tersebut menarik perhatian para Turcologist baik yang berasal dari dalam Turki sendiri maupun dari negara-negara barat.

Al-Kashgari menggunakan Haqaniye Timur dan dialek Oguz dalam buku tersebut. Dia juga menambahkan kalimat Turki, peribahasa, dan ayat populer sehingga makna dari kata-kata bisa dipahami lebih baik. Meskipun Dîvân Lugât it-Turk adalah sebuah kamus, tetapi juga memberikan informasi tentang aturan tata bahasa Turki.

Dia juga menegaskan bahwa mereka yang tidak berbaur dengan bangsa Persia yang tidak bepergian ke luar negeri dan hanya tahu satu bahasa dan berbicara dengan benar. Dia juga menyatakan bahwa Cina dan kalangan atas Cina bisa berbicara bahasa Turki cukup baik meskipun mereka memiliki bahasa yang berbeda. Begitu pula rakyat Tibet dan Hotan juga mampu berbicara bahasa Turki meski memiliki bahasa yang berbeda. Uighur berbicara dalam bahasa Turki dan menggunakan alfabet Turki. Tetapi mereka memiliki dialek yang berbeda seperti Comul, Hay, Yakubi, Tatar, dan Basmil. Suku Kirgiz, Kipcak, Oguz, Yagma, Cigil, Ugrak, berbicara murni bahasa Turki. Suku Pecenek, Suvar, dan Bulgaria di Eropa memendekkan suku kata terakhir kata-kata. Dia menyimpulkan bahasa Turki terbaik dituturkan oleh suku Oguz dan Yagma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar