Rabu, 23 Desember 2009

Ibn Juljul, Seorang Herbalis dan Ahli Botani dari Cordoba

Abu Da'ud Sulayman bin Hassan atau yang dikenal dengan panggilan Ibn Juljul adalah salah satu herbalis sekaligus ahli botani Muslim yang sangat termasyhur pada masanya. Ibn Juljul lahir di Cordoba, Spanyol pada tahun 944. Sejak kecil dia sangat tertarik dengan ilmu pengetahuan dan banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Pada usia 10 tahun, dia sudah belajar tentang tata bahasa dan tradisi masyarakatnya. Lalu pada usia 15 tahun, dia mulai mempelajari ilmu kedokteran. Padahal pada zaman modern ini, ilmu kedokteran baru dipelajari di bangku kuliah. Karena Ibn Juljul mempelajari ilmu kedokteran pada usia yang sangat dini, pada usia yang relatif muda dia sudah sangat terampil dalam ilmu kedokteran dan pengunaan obat-obatan herbal. Menurut catatan sejarah yang dikutip Muslimheritage.com , dia pernah bekerja sebagai dokter pribadi Al-Mu'ayyad Billah Hisyam, seorang Kalifah yang berkuasa pada tahun 977-1009 Masehi. Selama masa pemerintahan Kalifah Al-Mu'ayyad, Ibn Juljul banyak menghabiskan waktu untuk mempraktekkan keahlian medisnya dan banyak menulis karya-karya medis.

Ibnu Juljul rupanya sangat tertarik dengan obat-obatan terutama yang berhubungan dengan herbal sebagai obat alami yang banyak diekstrak dari tumbuh-tumbuhan. Selain mempelajari pengobatan herbal, dia juga mempelajari farmasi. Dalam mempelajari pengobatan dia banyak berbagi dan berlatih dengan Albucasis atau Abu al-Qasim Khalaf bin Abbas Al-Zahrawi. Albucasis sendiri merupakan seorang dokter bedah di Cordoba, Spanyol yang menemukan penyakit hemofilia di mana penderitanya jika mengalami luka, darahnya sulit membeku dan terus mengalir. Albucasis juga menuliskan buku yang sangat populer di dunia kedokteran berjudul At-Tasrif liman 'Ajiza 'an at-Ta'lif (Metode Pengobatan).

Baik Ibn Juljul dan Albucasis bekerja dan menulis selama hari-hari terakhir masa kekalifahan di Andalusia ( Spanyol). Menurut catatan seorang ahli sejarah kedokteran yang terkenal di Bagdad yakni Bin Abi Usaybi'a, Ibn Juljul menulis sebuah buku sejarah pengobatan yang berjudul Atibba'wa'l Tabaqat al-Hukama. Menurutnya, buku tersebut telah diedit beberapa kali. Buku tersebut dimulai dengan menuliskan riwayat ayahnya yang juga ahli obat-obatan. Setelah itu dia menuliskan para ahli obat-obatan yang sangat terkenal sebagai para pendahulunya di Andalusia. Dia juga menuliskan tentang banyaknya hubungan maupun komunikasi yang baik antara kekalifahan Timur dan Andalusia. Selain itu dia juga menceritakan tentang banyaknya para mahasiswa yang melakukan perjalanan untuk mencari ilmu pengetahuan dan melakukan banyak pelatihan.

Ibn Juljul mempelajari ilmu pengobatan herbal yang dilakukan oleh Pedanius Dioscorides, seorang dokter Yunani kuno, ahli farmasi, dan ahli botani. Dioscorides sering bepergian guna mencari bahan-bahan jamu dari seluruh wilayah Romawi dan Yunani. Dia juga menulis lima jilid buku dalam bahasa Yunani asli. Salah satu bukunya yang terkenal berjudul De Materia Medica (Masalah-masalah yang berhubungan dengan medis). Berdasarkan ajaran dalam buku milik Dioscorides, Ibn Juljul membuat sebuah karya berjudul Maqalah. Dalam karyanya itu dia menuliskan berbagai macam tumbuhan yang penting bagi obat-obatan termasuk sifat tumbuh-tumbuhan tersebut. Lalu dia juga menuliskan efek dari penggunaan tumbuh-tumbuhan tersebut bagi organ tubuh tertentu. Tumbuh-tumbuhan untuk herbal yang ditulisnya sebanyak 28 berasal dari India atau yang perjalanannya melalui rute perdagangan India, 2 dari Yaman, 2 dari Mesir , 1 dari Ceylan, 1 dari Khwarizm, 2 dari kota yang dekat dengan Cordoba. Dalam bukunya tersebut, dia kadang-kadang menuliskan nama orang yang pertama kali menggunakan tumbuhan tersebut untuk pengobatan atau orang yang menceritakan fungsi dan efek penggunaan tumbuhan tersebut.

Ibn Juljul juga pernah membahas tentang batu Bezoar yang dapat digunakan untuk melawan semua racun. Batu tersebut memiliki warna yang kekuning-kuningan dengan garis-garis putih. Selain itu dia juga pernah membahas Ribas. Dia menceritakan bahwa menurut salah seorang pedagang kepercayaannya, ribas merupakan sejenis sayuran yang rasanya masam. Ribas yang akarnya rasanya sangat masam dapat diperoleh di pegunungan yang tertutup dengan salju. Meskipun daftar pengobatan Ibn Juljul memiliki cerita yang eksotis, namun semuanya mengandung elemen medis.

Rupanya karya herbal Ibn Juljul banyak dipelajari oleh para ilmuwan lain. Beberapa ilmuwan lain yang mempelajari metode pengobatan Ibn Juljul diantaranya seorang ahli botani yang bernama Al-Ghafiqi. Dia mengoleksi beragam jenis tumbuh-tumbuhan yang diperolehnya baik dari wilayah Spanyol maupun Afrika. Selain itu, dia juga membuat catatan yang menggambarkan secara detil tentang jenis-jenis tumbuhan dikoleksinya itu. Bahkan seorang ahli sejarah dari Barat yang bernama George Sarton mengatakan, Al Ghafiqi merupakan ahli botani paling cerdas pada masanya.

Deskripsi tentang tumbuh-tumbuhan yang dibuat Al-Ghafiqi diakui sebagai karya yang paling membanggakan yang pernah dibuat seorang Muslim. Pasalnya karya fenomenal Al-Ghafiqi yang judulnya Al-Adwiyah al-Mufradah memberikan inspirasi kepada Ibnu Baytar untuk meneliti tumbuh-tumbuhan dengan cara sederhana seperti yang dilakukan Al-Ghafiqi.

Abdullah Ibnu Ahmad Ibnu Al-Baitar yang juga salah satu ahli Botani sekaligus ahli obat-obatan di Spanyol pada abad pertengahan juga mengutip empat belas obat-obatan herbal milik Ibn Juljul. Padahal Al-Baitar sendiri merupakan ahli botani yang hebat, dia mengoleksi dan mencatat 1.400 jenis tanaman obat yang diperolehnya saat menjelajahi daerah pesisir Mediteranian dari Spanyol ke Suriah. Salah satu karya Al-Baitar yang paling termasyhur berjudul Al-Mughani-fi al Adwiyah al Mufradah.

Dari banyaknya para ahli botani dan medis yang mengutip karya Ibnu Juljul menunjukkan bahwa karya Ibn Juljul tentang pengobatan herbal jelas teruji oleh waktu dan sangat berguna dan bernilai bagi para cendekiawan dan praktisi herbalis baik di wilayahnya sendiri, Andalusia maupun di luar negeri seperti di Maroko. Ibn Juljul menggunakan dan menghormati karya-karya herbal kuno dari Yunani. Namun dia membuat pengembangannya sendiri, bahkan yang sebelumnya tidak pernah ada di Yunani. Kontribusi terhadap dunia medis sangat berharga bagi penggunaan tanaman obat selanjutnya, bahkan di dunia modern ini.


Pentingnya Mempelajari Tanaman Dalam Dunia Islam

Pengetahuan tentang tanaman untuk obat-obatan merupakan salah satu ilmu yang penting bagi dunia Islam sebab Al Qur'an memberikan dorongan yang kuat yang menginspirasi para ahli botani Muslim untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan herbal. Tanam-tanaman yang indah dan memiliki fungsi untuk pengobatan merupakan tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah SWT.

Terinspirasi oleh iman mereka, para ilmuwan Islam mempelajari pengetahuan tentang tanaman, termasuk metode pertumbuhan tanaman tersebut, juga kegunaan tanaman. Para ahli botani Muslim mengetahui bagaimana menghasilkan buah baru dengan cara mencangkok tanaman. Mereka juga menggabungkan antara tanaman semak mawar dengan pohon almond agar menghasilkan bunga yang langka dan cantik.

Kebun raya botani berisi dengan berbagai jenis tanaman, baik tanaman asli daerah yang cantik dan eksotis maupun dari luar daerah. Tanaman-tanam tersebut dibudidayakan dengan baik. Tanaman itu ada yang dinikmati keindahan dan keharuman bunganya, ada yang digunakan sebagai sayuran yang dimasak, ada juga yang penting untuk keperluan obat-obatan. Yang jelas, Allah SWT menciptakan berbagai macam tanaman untuk kepentingan manusia dan keseimbangan alam. Sehingga manusia berkewajiban merawat dan memelihara tanaman. Oleh karena itu ilmu tentang tumbuhan penting dipelajari oleh umat manusia.

Secara khusus, para ahli botani Muslim tersebut berhubungan dengan tanaman dalam berbagai cara, termasuk penelitian mereka dari perspektif filologis, tetapi fokus yang paling penting bagi mereka adalah kemampuan tanaman tersebut untuk menyembuhkan penyakit. Dari berbagai macam penelitian terhadapan fungsi tanaman inilah lahir ilmu tentang herbal.

Menurut sejumlah catatan sejarah, dalam literatur Islam abad pertengahan, kehidupan tumbuh-tumbuhan sangat erat terkait dengan filologi, ilmu kedokteran serta agronomi. Selain itu, tanaman juga sering dibahas dalam karya filsafat, magis, geografis. Maupun karya-karya ensiklopedik.

Sejak Al-Al-Asma'i (740-828 M), seorang ilmuwan yang terkenal dari Basra pada masa kekalifahan Harun Al Rasyid menuliskan Kitab al-nabat wa-'l-shajar maka para ahli botani tidak merasa ragu-ragu lagi menggunakan istilah botani. Para filolog menggambarkan tanaman secara sistematis. Tanam-tanaman kemudian digolongkan menurut jenisnya. Ada tanaman yang dimasukkan ke dalam golongan pohon, bunga, sayur-sayuran, semak-semak. Bahkan pohon juga dapat dibagi menurut kualitas yang dapat dimakan dari kulit dan biji buah-buahan mereka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar