Rabu, 23 Desember 2009

Al Qalasadi, Ahli Matematika dari Andalusia

Al-Qalasadi yang nama lengkapnya Abū al-Hasan ibn ʿAlī al-Qalaṣādī merupakan seorang ahli Matematika yang lahir pada tahun 1412 di Bastah, sebuah kota Moor di Andalusia yang kini menjadi bagian dari Spanyol. Andalusia berasal dari nama Arab Al-Andalus yang digunakan oleh umat Islam untuk menyebut seluruh wilayah Spanyol dan Portugal yang diduduki kaum Muslim dari abad ke-8 hingga abad ke-11. Namun orang Kristen mulai merebut kembali daerah tersebut secara perlahan-lahan bergerak turun dari utara dan timur. Lalu Andalusia hanya digunakan untuk menyebut kawasan yang tersisa di bawah kekuasaan Islam.

Penaklukan Kristen terhadap wilayah Andalusia membutuhkan waktu sebanyak empat ratus tahun. Andalusia merupakan wilayah yang makmur selama abad ke-13 dan di sana terdapat Alhambra, istana yang indah dan benteng dari penguasa Granada, sebagian besar bangunan tersebut selesai pada tahun 1360. Kerajaan Kristen di utara mengalami perselisihan sipil sejak abad ke-14. Pada tahun 1407, lima tahun sebelum Al-Qalasadi lahir, kerajaan tersebut mulai memiliki keinginan besar untuk menaklukkan seluruh Spanyol dan Portugal.

Al-Qalasadi adalah seorang muslim yang dibesarkan di Bastah. Pada masa kanak-kanaknya hidup di Bastah cukup sulit karena Kerajaan Kristen sering melakukan pernyerangan ke kota Bastah. Dia sendiri mulai mendapatkan pendidikan di Bastah untuk mempelajari ilmu hukum dan Al-Qur'an. Setelah menginjak remaja dia pindah ke selatan, menjauhi zona perang menuju Granada di mana ia melanjutkan studi, khususnya ilmu filsafat, ilmu pengetahuan dan hukum Islam.

Al-Qalasadi memilih untuk tetap tinggal di dunia Islam dan dia meninggalkan Granada serta mulai melakukan perjalanan di negara-negara Islam. Secara khusus dia menghabiskan banyak waktunya di Afrika Utara. Dia hidup di negara-negara Islam yang memberikan dukungan kuat terhadap Andalusia baik secara politik maupun dengan bantuan militer dalam melakukan perlawanan terhadap serangan Kristen. Dia menghabiskan waktu di Tlemcen (sekarang di barat laut Aljazair, dekat perbatasan Maroko) di mana dia belajar atas bimbingan guru-gurunya untuk mempelajari aritmatika dan aplikasinya. Setelah itu dia pergi Mesir di mana di mana dia belajar dengan beberapa ulama terkemuka. Akhirnya al-Qalasadi mencapai Mekah, untuk melaksanakan ibadah haji dan kembali ke lagi Granada.

Ketika Al-Qalasadi kembali ke Granada, keadaan wilayah tersebut semakin memburuk. Bagian yang tersisa dari wilayah Muslim berada di bawah serangan orang-orang Kristen Aragon dan Castile. Namun, Al-Qalasadi tetap mengajar dan menuliskan sebagian karya-karya besarnya selama periode ini. Tetapi serangan tentara Kristen yang tersu-menerus membuatnya sulit hidup di Granada. Kekalahan seluruh wilayah Muslim di Granada akhirnya terjadi pada tahun1492. Kota Granada jatuh ke tangan orang Kristen.

Al-Qalasadi merupakan ilmuwan yang spesialis dalam mengenalkan simbol-simbol aljabar . Kontribusinya terhadap simbolisme aljabar dengan menggunakan kata-kata Arab pendek, atau hanya huruf-huruf awal sebagai simbol-simbol matematika. Secara khusus dia menggunakan simbol (+), (-), (x), , (÷), (x2).

Al-Qalasadi menulis beberapa buku mengenai aritmatika dan sebuah buku mengenai aljabar. Beberapa di antaranya berisi komentar-komentar terhadap karya Ibn al Banna dalam bukunya Talkhis amal al-Hisab (Ringkasan dari operasi aritmatika). Ibn al-Banna sendiri merupakan ilmuwan dari Maroko yang telah meninggal lebih dari 100 tahun sebelum Al-Qalasadi menulis komentar terhadap karyanya.

Risalah utama Al Qalasadi adalah al-Tabsira fi'lm al-Hisab (Klarifikasi ilmu berhitung). Karya ini merupakan buku yang sulit dipelajari, mungkin membutuhkan ketajaman pikiran tertentu untuk mempelajarinya. Karyanya tersebut dipengaruhi oleh karya Ibn al-Banna. Meskipun Al-Qalasadi sudah berusaha menyederhanakan tingkat kerumitan karya al Banna sebagai pendahulunya. Buku ini terlalu sulit untuk dijadikan bahan pengajar sebab menggunakan huruf-huruf debu.

Kedua versi yang lebih sederhana dari karya aritmatika Al-Qalasadi terbukti populer dalam pengajaran aritmatika di Afrika Utara dan karya-karyanya digunakan selama lebih dari 100 tahun. Sekarang meskipun banyak buku pengajaran matematika populer, tetap ada sedikit kontribusi Al-Qalasadi dalam matematika yang diajarkan saat ini. Sebagai contoh, urutan Σ Σ n2 dan n3 telah dipelajari oleh al-Samawal dan al-Baghdadi, dan metode untuk menghitung akar kuadrat juga dikenal hingga Babilonia.

Sebenarnya, para sejarawan abad ke-19 banyak yang kurang memahami kontribusi matematika para ilmuwan Muslim. Mereka banyak yang tidak tahu para ahli matematika Muslim zaman kuno. Hal ini terjadi akibat kurangnya informasi maupun catatan-catatan tertentu yang menunjukkan keberadaan para ahli matemaika kuno tersebut dalam dunia Islam. Tetapi Al Qalasadi rupanya cukup dikenal oleh para sejarawan.

Salah seorang penulis yang bernama J Samso Moya mengatakan, para penulis menganalisis karya para ahli matematika dari Maghrib seolah-olah mereka sepenuhnya tidak terpengaruh dari pendahulu mereka di Timur Islam. Hal ini mendorong mereka untuk menekankan pentingnya mengunakan simbol aljabar yang digunakan oleh Al-Qalasadi (1412-1486) tanpa memperhatikan usaha-usaha serupa sebelumnya baik di Timur dan di Barat Islam.

Sebenarnya penulis abad ke-19 percaya bahwa simbol-simbol aljabar pertama kali dikembangkan dalam Islam oleh ahli matematika Spanyol-Arab Ibn al-Banna dan Al-Qalasadi.

Kelangkaan simbol-simbol matematika di italia mungkin disebabkan oleh ilmuwan italia seperti Leonardo Fibonacci yang sangat berpengaruh di Italia pada abad pertengahan tidak menyadari adanya karya-karya hebat para ahli matematika Andalusia.

Mungkin simbol-simbol aljabar tersebut bukan penemuan Al-Qalasadi. Bisa saja simbol aljabar yang sering digunakan oleh Al Qalasadi merupakan penemuan ahli matematika Muslim lainnya di Afrika Utara 100 tahun sebelumnya, tetapi Al Qalasasi memiliki kontribusi yang besar dalam mengenalkan simbol-simbol aljabar tersebut kepada dunia. Simbol-simbol aljabar tersebut telah digunakan di kekaisaran Muslim Timur, bahkan mungkin lebih awal dari itu.


Tradisi Belajar di Andalusia, tempat kelahiran Al Qalasadi

Rupanya tradisi belajar di Andalusia sudah tampak sejak awal abad ke-9. Anak-anak para pangeran, pejabat atau orang yang terhormat harus belajar. Mereka belajar dari ajaran ilmiah menggunakan salinan terjemahan karya ilmiah Yunani dan India. Lalu muncullah buku-buku pengajaran bahasa Arab pertama di Andalusia yang mula-mula muncul di Baghdad

Sedangkan anak-anak para pedagang dan keluarga kerajaan mendapatkan buku-buku dari orang tuanya yang kaya. Melihat keinginan yang besar untuk belajar. Khalifah akhirnya mendukung kegiatan-kegiatan ilmiah dengan membiayai pembentukan sebuah perpustakaan penting, di mana buku-bukunya disediakan dari Timur.

Inisiatif Khalifah untuk memajukan pendidikan dengan membangun banyak perpustakaan akhirnya meningkatkan perkembangan kegiatan ilmiah di kota-kota utama Muslim Spanyol. Beberapa kota yang pendidikan dan ekonominya maju pada masa itu antara lain Cordoba, Toledo, Sevilla, Zaragoza dan Valencia.

Selama sepertiga akhir abad ke-9 dan seluruh ke-10, kegiatan mengajar dan penelitian berkembang dengan pesat terutama dalam bidang matematika. Sebab khalifah Omeyyad dari abad ke-10 dan Khalifah Abd ar-Rahmān III ( 912-961) serta putranya al-Hakam II (961-976) sangat mendukung perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Maka bisa dikatakan bahwa Andalusia yang menjadi tempat kelahiran Al Qalasadi merupakan wilayah yang memiliki tradisi belajar dan melakukan berbagai penelitian yang sangat tinggi. Pada masa itu, berbagai macam karya astronomi maupun matematika banyak dilahirkan oleh para ilmuwan besar, termasuk Al Qalasadi. Selain itu, banyak juga ilmuwan yang lahir di sana termasuk Ibn as-Samh dan az-Zahrawi, yang mendominasi kegiatan ilmiah paruh pertama abad ke-11 serta menerbitkan banyak buku di Spanyol dan di Maroko.

Jika melihat tradisi belajar dan ilmiah di Andalusia bisa dikatakan terjadi pertukaran ilmu antara umat Muslim di Andalusia dengan umat Muslim di Magribi. Sebab banyak ilmuwan dari Andalusia yang pergi ke Magribi begitu pula sebaliknya. Berdasarkan catatan sejarah, banyak guru, peneliti, maupun siswa yang pada mulanya memiliki teks-teks terjemahan dari bahasa Yunani yang isinya pengetahuan Elemen Euclid, karya Ptolemy, juga kerucut Apollonius.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar