Selasa, 29 Desember 2009
Mimpi di Musim Dingin
Aku sangat menginginkan kamu membukakan pintu rumah kita, meyambutku dengan pelukan dan ciuman!! Aku juga ingin kucing-kucing kita menyeruak keluar lalu menjilati kakiku!Tapi kapan semua itu akan terjadi. Detik demi detik berlalu, menit demi menit, jam demi jam, tahun demi tahun. Bahkan ribuan musim telah kulalui. Semua itu tak terjadi!!Apakah ini hanya sebuah mimpi di musim dingin?? Haruskah aku berputus asa ataukah aku terus bertahan dengan seonggok mimpi itu??!Aku di sini hampir membeku berdiri mematung bagaikan patung pualam Sang Dewi Athena. Mungkin sekeping ciuman dari Aphrodite harus kudapatkan untuk sekedar mempertahankan diri dari dinginnya cuaca Desember dan hatiku yang sedang membeku.
Tapi, ayahku selalu berkata, “Hidup itu atas mimpi!!Tanpa mimpi maka kamu hanyalah seonggok mayat hidup,”!Okay, Dad!! Aku berjanji, aku akan tetap menjaga lilin mimpi ini tetap hidup dan terjaga meski apinya hanya kecil. Demi cintaku padamu Ayah, dan juga cintaku kepada kekasihku, serta kucingku yang akan datang, aku akan tetap bermimpi bahwa suatu hari nanti dia akan menungguku di balik pintu rumah dan tertawa riang mendengar kedatanganku.....amin.
Senin, 28 Desember 2009
Di Ujung Resah
Tanpa kabar di ujung jalan
kususuri kota ini, mencari-cari aroma tubuhmu
Di setiap sudut sajak sepi
Yang kutemukan hanyalah nyeri
Waktu kita telah usang
Di ujung resah, aku menyerah
Jumat, 25 Desember 2009
Saat kau menikah
Namun, aku hanya berdiri terpaku, beberapa meter dari hadapanmu. Dan tak terasa bulir-bulir bening dari kedua mata indahku mulai mengalir di pipiku. Entahlah, aku begitu sesak nafas, jantungku berdebar kencang, bahkan aku tak sanggup mengucapkan kata-kata selamat kepadamu wahai sobatku, belahan jiwaku.
Akhirnya aku pun tahu, kenapa air mata ini mengalir dan kenapa aku hanya terdiam membisu menyaksikan upacara pernikahanmu. Mungkin ini adalah sebuah kebodohan, tapi air mata ini mengandung dua makna. Pertama, aku merasa kehilangan kamu yang selama ini selalu menemaniku. Bahkan saat kalian pacaran saja, kekasihmu begitu posesif terhadapmu, apalagi setelah kalian menikah. Pasti dia sangat memilikimu. Memang itulah yang terjadi, ketika seseorang menikah....dan tentu saja, aku tahu diri, aku menghargainya. Dan detik kalian mengucapkan janji pernikahan itulah, aku berusaha melepaskanmu selamanya dari hidupku! Aku tak akan pernah bisa meminta perhatian lebih darimu lagi atau marah padamu lagi kalau dia terus-menerus menelponmu saat kita bersama, ya tentu saja karena dia suamimu!
Dan makna kedua dari air mata ini adalah, aku sangat bahagia hingga kata-kata tak mampu kuucapkan dari bibirku. Aku bahagia karena akhirnya cita-citamu untuk menikah sejak kamu kecil, tepatnya sejak SMP, yang selalu kamu katakan padaku sedari SMA akhirnya tercapai juga. Maka pada hari ini, lewat sebuah tulisan di Blog, aku ucapkan, “Selamat mengarungi hidup baru sobat! Semoga kamu dan suamimu bisa saling mencintai, saling setia, saling memahami, dan saling mendukung untuk selamanya, seperti cinta yang indah antara Sang Vampir tampan, Edward Cullen dengan istri sekaligus kekasihya Bella Swan, salute!”
Rabu, 23 Desember 2009
Evliya Çelebi Sang Petualang Muslim Yang Tak Pernah Lelah
Evliya Çelebi merupakan seorang petualang yang sudah melanglang buana di hampir seluruh belahan dunia, termasuk teritorial Kekaisaran Ottoman Turki beserta negara-negara tetangganya dalam jangka waktu selama 40 tahun. Dia dilahirkan pada tanggal 25 Maret tahun 1611 di Istambul Turki, dan ayahnya adalah tukang emas kekaisaran yang bernama Derviş Mehmed Zılli. Meski lahir di Istambul, kedua orangtuanya berasal dari Kutahya.
Karena ayahnya bekerja di Kekaisaran Ottoman, maka Evliya mendapatkan pendidikan yang sangat baik pada masa kecil hingga remajanya. Setelah lulus dari sekolah dasar di Kekaisaran Ottoman, Evliya masuk Madrasah yaitu sekolah yang berbasis pendidikan Islami selama tujuh tahun. Selain belajar di sekolah, dia juga sering membantu ayahnya bekerja di bengkel kerajinannya. Di tempat tersebut, ayahnya juga mengajarkannya berbagai macam ketrampilan dan kesenian Turki sperti tezhip ( cara mendekorasi sampul buku dengan lukisan dan sepuhan emas), hat (cara menulis dengan indah dan memiliki nilai seni) serta nakis (seni mendekorasi tembok dan langit-langit ruangan). Evliya juga belajar bahasa Yunani dari pekerja yang magang di bengkel kerajinan ayahnya.
Empat tahun kemudian, Evliya belajar di Enderun yaitu tempat belajar dan training bagi orang-orang yang akan bekerja di kekaisaran Turki. Begitu lulus dari Enderun, Evliya menjadi pengawal Kaisar Murad IV pada tahun 1636 dengan bantuan pamannya Melek Ahmed Pasa.
Keinginan Evliya untuk melakukan petualangan dan perjalanan jauh terus menerus tumbuh sejak dia masih kanak-kanak. Pasalnya ayahnya selalu bercerita tentang petualangannya yang menakjubkan selama melakukan perjalanan dan melayani para sultan, termasuk Sulaiman yang Agung.
Suatu ketika Evliya bermimpi bertemu dengan Nabi dalam sebuah kumpulan jamaah yang sagat banyak di masjid Ahi Celebidi Istambul, dia merasa sangat senang bisa bertemu dengan Nabi. Mimpi itu juga yang semakin membuatnya bersemangat untuk segera melakukan petualangan. Bahkan dia memilih hidup dengan berbagai macam petualangan dari pada hidup sehat. Evliya juga sangat berambisi untuk menulis dan menceritakan berbagai macam hal yang akan dilihat dan ditemuinya dalam perjalanan panjangnya.
Hari berikutnya, Evliya meminta nasehat dari seorang Sheik yang terkenal tentang keinginannya yang menggebu-gebu untuk segera melakukan perjalanan. Sheik tersebut menyarankannya untuk memulai perjalanan di sekitar kota Istambul terlebih dulu. Setelah mendapatkan petuah yang cukup, Evliya memulai perjalanannya yang pertama kali di sekitar Istambul. Dia menulis dan menceritakan berbagai macam objek yang dia lihat dan datangi seperti berbagai macam bangunan, pasar, toko-toko, musik, literatur, festival, agama, adat-istiadat, serta kebudayaan.
Baru pada bulan April 1640, dia mulai melakukan perjalanannya yang pertama keluar dari kota Istambul. Dia pergi menuju Bursa dengan sahabatnya, ini merupakan perjalanan awal yang mendorongnya melakukan perjalanan panjang di seluruh kekuasaan Ottoman Turki dan luar negeri. Evliya terkadang menemani para petinggi kekaisaran menuju daerah-daerah pedesaan yang terpencil, kadang melakukan perjalanan dengan misi yang ditugaskan dari Sultan, dan kadang juga ikut melakukan peperangan.
Setelah sebuah perjalanan ke izmit, Evliya pergi ke Trabzon di sebuah pantai di Laut Hitam dengan Ketenci Omer Pasa yang akan bertemu dengan Gubernur Izmit. Selama tinggal di Izmit, dia menyaksikan kegagalan tentara Ottoman untuk menaklukan Kastil Azov. Setelah itu dia pindah ke Crimea danmenghabiskan musim dingin di tempat tersebut. Baru dia kembali ke Istambul, ketika tentara Ottoman berhasil menaklukan Kastil Azov.
Pada tahun 1645 dia menemani tentara Ottoman menaklukan pulau Kreta dan kembali ke Istambul untuk beristirahat selama 4 tahun. Lalu dia mulai melakukan perjalanan lagi menuju Anatolia, mengunjungi Azerbaijan dan Georgia selama usaha tentara Ottoman menaklukan para pemimpin lokal wilayah tersebut.
Dia juga melakukan perjalanan ke Gumushane, sebuah provinsi di timur laut Turki. Setelah menghabiskan musim dingin di Erzurum, Evliya ditugasi mengantarkan pesan kepada pemberontak Vardar Ali Pasa oleh Ottoman yang membuat perjanjian dengannya. Ketika mengantarkan pesan tersebut, Evliya tersesat akibat badai salju yang hebat tetapi dia bisa menemui sejumlah pemimpin pemberontak lainnya. Hal ini membuatnya bisa menulis kisah pemberontakan Vardar Ali Pasa secara komprehensif.
Antara tahun 1648-1650, Evliya melakukan perjalanan ke Damaskus. Dari perjalanan ini, dia melakukan eksplorasi lebih dalam mengenai negara Suriah dan Palestina. Lalu dia kembali ke istambul dan menemani pamannya Melek Ahmed Pasa untuk bertemu dengan perdana menteri di mana dia menjadi tahu berbagai macam intrik politik di Kekaisaran Ottoman. Selama menemani perdana menteri, Evliya memiliki kesempatan mengunjungi Balkan antara tahun 1651-1653.
Sekembalinya dari Balkan, dia mengunjungi Anatolia bagian timur dan Iran. Dia menghabiskan waktu dengan Sekte Yezidis sesat yang percaya bahwa Ali, putra Nabi Muhammad adalah Tuhan dalam bentuk manusia. Dia mengetahui banyak informasi mengenai sekte tersebut.
Setelah itu, dia melakukan perjalanan lagi dengan pamannya Melek Ahmed Pasa menuju Bosnia. Lalu, pada tahun 1660, dia mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Kose Ali Pasa. Selama ekspedisi tersebut, dia melakukan eksplorasi ke Albania, Bohemia dan wilayah sekitarnya.
Setelah menghabiskan musim dingin di Belgrade, dia kembali ke Istambul. Lalu dia bergabung dengan pasukan Fazil Ahmed Pasa menyerang Austria. Selama masa ekspedisi, Evliya juga mengunjungi Swedia dan Belanda. Kemudian dia kembali lagi ke Balkan untuk mengunjungi Edirne, Komotini dan Salonika. Lalu melanjutkan perjalanannya ke Yunani, Pulau Kreta dan menyaksikan kehebatan tentara Ottoman. Setelah itu mengunjungi pantai Adriatik melalui Albania dan kembali ke Istambul pada tahun 1670.
Merasa berdosa karena belum naik haji ke Mekkah, Evliya kembali ke Istambul untuk mempersiapkan perjalanannya yang terakhir. Dia menuju Mekkah melalui bagian barat Anatolia, kemudian melewati Scio dan Rhodes, melewati selatan Anatolia dan bergabung dengan jamaah haji di Syuria, dan akhirnya tiba di Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji.
Seusai dari Mekkah, dia menuju Mesir melalui terusan Suez bersama jamaah haji Mesir. Kemudian menuju Sudan dan Ethiopia, di mana dia tinggal di sana cukup lama. Namun tidak ada catatan sejarah di mana tepatnya Evliya menghembuskan nafas terakhirnya, apakah di Mesir atau di Istambul.
Seyahatname, Sebuah buku perjalanan Evliya Celebi
Seyahatname yang berarti sebuah buku perjalanan, merupakan karya besar dari Evliya Celebi. Dalam buku tersebut dia menuliskan dan menceritakan berbagai macam pengalamannya. Seyahatname terdiri dari 10 volume yang menggambarkan secara detail apa yang Evliya lihat dan dengar di wilayah-wilayah yang dia kunjungi. Dia menuliskan tentang komunitas , gaya hidup, bahasa, maupun budaya orang-orang di wilayah tersebut.
Buku tersebut merupakan catatan yang komprehensif untuk menggambarkan kehidupan pada abad ke-17. Evliya mampu menggambarkan objek-objek yang dilihatnya secara mendetail dan menarik. Selain itu, Evliya menuliskan bukunya dengan cara sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam. Dia tidak khawatir dengan kesalahan tata bahasa, asalkan yang membacanya paham.
Seyahatname sangat baik dalam menggambarkan hubungan Kekaisaran Ottoman dengan negara-negara lain. Buku tersebut merupakan sumber informasi yang berharga pasalnya buku tersebut mencakup pengetahuan tentang budaya, sejarah, geografis, cerita rakyat, bahasa, etnografi, sosiologi, arsitektur, dan ekonomi.
Evliya tidak hanya menuliskan apa yang dia lihat dan dengar saja. Tetapi dia juga berusaha menggambarkan kemajuan umat manusia di setiap bidang pada masa itu. Dia menuliskan tentang berbagai macam bangunan-bangunan penting seperti kerajaan, kastil, benteng, maupun masjid. Dia juga menuliskan biografi orang-orang yang penting dan terkenal. Karakter bangsa di setiap wilayah yang dikunjungi, juga kepercayaan-kepercayaan mereka.
Buku Seyahatname volume I hingga VIII diterbitkan pada tahun 1896-1928 dalam bahasa Arab. Sedangkan volume Seyahatname yang ke IX dan X dipublikasikann pada tahun 1935-1938 dalam bahasa Latin. Seyahatname juga dialihbahasakan ke bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Rusia, Hungaria, Romania, Bulgaria, Serbia, Yunani, Armenia dan bahasa-bahasa asing lainnya. Ada sebuah rumor bahwa Evliya juga membuat buku ke-duanya yang berjudul Sakaname. Namun buku tersebut hingga saat ini belum ditemukan keberadaannya.
Evliya juga menuliskan sejumlah kata-kata asli dari setiap wilayah yang dia kunjungi selama melakukan perjalanan. Dia juga menuliskan 30 dialek bahasa Turki dan 30 katalog bahasa asing lainnya di buku Seyahatname. Dia sempat menuliskan persamaan antara bahasa Persia dengan bahasa Jerman. Dalam buku tersebut dia mendeskripsikan berbagai macam bahasa Kaukasia, Tsakonian, Kudish, dan Ubykh.
Ibn Al-Banna, Seorang Ahli Matematika Maroko
Suku Banu Marin merupakan sekutu khalifah Umayyah di Kordoba, Spanyol. Suku tersebut kemudian tinggal di bagian timur Maroko di bawah kepemimpinan Abu Yahya. Mereka mulai menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya. Suku Banu Marin menaklukan Fez pada pada tahun 1248 dan menjadikan wilayah tersebut sebagai ibu kota. Kemudian mereka menaklukan Marrakesh dari kekuasaan suku Muwahhidun yang berkuasa pada tahun 1269. Dengan demikian Suku Banu Marin mengambil alih kekuasaan di seluruh Maroko. Setelah mereka berhasil menaklukkan Maroko, Banu Marin mencoba membantu Granada untuk mencegah kemajuan peradaban Kristen melalui negara mereka. Hubungan yang kuat antara Granada dan Maroko dapat menjelaskan kesulitan untuk mengetahui secara pasti dari negara mana al-Banna berasal dan sebagai penduduk asli.
Namun di Maroko-lah al-Banna mendapatkan pendidikan. Dia belajar mata pelajaran matematika yang terkemuka pada masa itu. Dia juga belajar tentang geometri pada umumnya, serta Elemen Euclid pada khususnya. Al Banna juga mempelajari angka-angka pecahan dan belajar banyak dari orang-orang Arab yang telah menciptakan matematika selama 400 tahun sebelumnya. Suku Banu Marin memiliki budaya yang kuat untuk belajar serta mencari ilmu pengetahuan. Mereka juga menjadikan Kota Fez sebagai pusat belajar dan kebudayaan. Di universitas di Fez, al-Banna mengajarkan semua cabang ilmu matematika termasuk dinataranya aritmatika, aljabar, geometri dan astronomi. Fez merupakan kota yang berkembang dengan pesat di mana di kota tersebut dibangun perumahan Royal Palace dan Masjid Agung. Banyak siswa yang diajar oleh al-Banna mengembangkan komunitas akademis di Fez. Hal ini menunjukkanpengaruh yang kuat al Banna terhadap para muridnya utuk terus melakukan studi dan diskusi dalam mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, khususnya matematika. Sebab ilmu matematika merupakan ilmu yang paling manarik perhatian al Banna.
Al-Banna merupakan penulis yang sangat produktif. Dia telah melahirkan sejumlah karya besar, terdapat 82 karya al Banna yang didaftar oleh Renaud. Namun tidak semua karya al Banna berupa tulisan tentang ilmu matematika, meskipun kebanyakan karyanya adalah matematika. Dia menulis buku berisi pengantar Elemen Euclid, menulis sebuah teks tentang aljabar, dan menulis berbagai karya tentang astronomi. Salah satu kesulitan untuk mengetahui karya asli al-Banna yang sebenarnya adalah berapa karya asli al Banna dan berapa banyak karyanya yang dia sadur dari para ahli matematika Arab yang sebelumnya tdiak diketahui secara pasti. Sebab sebagian karya-karya tersebut telah hilang. Dalam membuat karyanya, al Banna memang mendapatkan banyak pengaruh dari para ahli matematika Arab sebelumnya.
Al-Banna merupakan orang pertama yang mempertimbangkan pecahan sebagai perbandingan antara dua angka dan dia adalah orang pertama yang menggunakan ekspresi almanak (dalam bahasa Arab al -manakh berarti cuaca) dalam sebuah karya yang berisi data astronomi dan meteorologi.
Mungkin karya al-Banna yang paling terkenal adalah Talkhis amal al-Hisab (Ringkasan dari operasi aritmatika) dan Raf al-Hijab yang berisi komentar-komentar al-Banna terhadap karyanya Talkhis amal al-Hisab. Dalam karya ini al-Banna memperkenalkan beberapa notasi matematika yang membuat para ilmuwan percaya bahwa simbolisme aljabar pertama kali dikembangkan dalam Islam oleh ibn al-Banna dan al-Qalasadi. Menurut sejumlah catatan sejarah, berdasarkan biografi al-Qalasadi dan al-Banna dikatakan bahwa mereka merupakan penemu notasi matematika.
Dalam buku Raf al-Hijab karya al Banna, mengandung berbagai macam pecahan matematika dan mereka terus digunakan untuk menghitung perkiraan dari nilai akar kuadrat. Hasil menarik lainnya terdapat pada seri menjumlahkan hasil
13 + 33 + 53 + ... + (2n-1)3 = n2(2n2 - 1) dan
12 + 32 + 52 + ... + (2n-1)2 = (2n + 1)2n(2n - 1)/6.
Mungkin yang paling menarik dari karya al Banna adalah bekerjanya koefisien binomial yang dijelaskan secara rinci dalam bukunya tersebut. Al -Banna menunjukkan bahwa:
pC2 = p(p-1)/2
lalu
pC3 = pC2(p-2)/3.
Memang hal itu sulit dijelaskan tetapi akhirnya al-Banna menerngkan bahwa:
pCk = pCk-1(p - (k - 1) )/k.
sehingga hasilnya
pCk = p(p - 1)(p - 2)...(p - k + 1)/(k !)
Sebenarnya karya al Banna merupakan langkah kecil dari hasil segitiga Pascal yang ada tiga ratus tahun sebelumnya oleh al-Karaji. Namun Rashed menulis, menurut pendapatnya, ada sesuatu yang lebih fundamental daripada segitiga Pascal, hasil itu justru merupakan kombinatorial eksposisi al-Banna, bersama-sama membentuk hubungan antara angka dan kombinasi poligonal
Al Banna dan Karya-karyanya
Al Banna sebelum menjadi seorang ahli matematika yang hebat, semula d iabanyak belajar ilmu-ilmu tradisional seperti Bahasa Arab, tata bahasa (nahwu sharf), hadis, fiqh, tafsir Al Qur’an di kampung halamannya. Setelah itu ia diperkenalkan dengan matematika dan ilmu kedokteran oleh guru-guru pembimbingnya. Al-Banna sendiri diketahui pernah dekat dengan Saint Aghmat, Abu Zayd Abdur Rahman al-Hazmiri yang kemudian dikenal sebagai orang yang selalu mengarahkan dan memanfaatkan pengetahuan matematika Ibnu al-Banna untuk tujuan yang bersifat ramalan.
Al-Banna juga menjadi salah seorang yang mampu menguraikan atau menjabarkan prinsip-prinsip perhitungan dari bentuk-bentuk ghubar (hisab ghubar adalah suatu metode perhitungan yang berasal dari Persia). Dia juga menjadi seorang figur yang sangat legendaris serta sering disebut sebagai seorang ahli hal-hal ajaib karena kecerdasan dan kemampuannya yang luar biasa melebihi manusia pada umumnya. Hal ini dia lakukan dengan menerapkan ilmu pengetahuan ilmiahnya. Meskipun demikian, para biographer memuji kerendahan hatinya dan kesalehannya sebagai hamba Allah SWT. Dia mempunyai sifat yang begitu baik dan tingkah lakunya juga baik.
Karya-karya al-Banna sebenarnya lebih dari 80 judul dengan berbagai macam variasi ilmu pengetahuan yang berbeda-beda. Karya-karyanya meliputi ilmu tata bahasa (nahwu), bahasa retorika, fiqh, ushulluddin (perbandingan agama), tafsir al-Qur’an, logika, magic, pembagian warisan (al farai’d), ramalan, astronomi, meteorologi dan matematika, juga termasuk sebuah resume karya Imam al-Ghazali, “Ihya’ Ulumuddin”. Namun hanya sebagian karyanya yang dapat bertahan sampai sekarang ini. Di antara karya-karyanya tersebut ialah Talkhis fi Amal al-Hisab, Risalah fi Ilm al-Masaha, al-Maqalat fi al-Hisab,Tanbih al-Albab, Mukhtashar Kafi li al-Mutallib, Kitab al-Ushul al-Muqaddamat fi al-Jabr wa al-Muqabala, Kitab Minhaj li Ta’dil al-Kawakib, Qanun li Tarhil asy-Syams wa al-Qamar fi al-Manazil wa ma Kifat Auqat al-Lain wa al-Nahar, Kitan al-Yasar Taqwim al-Kawakib as-Sayyara, Madkhal an-Nujum wa Taba’i al-Huruf, Kitab fi Ahkam al-Nujum, juga KItab al-Manakh.
Dari sekian banyak karyanya, yang paling penting adalah Talkhis fi Amal al-Hisab yang menjadi perhatian para ilmuwan. Karya ini juga telah diterjemahkan oleh A.Marre, dan diterbitkan secara terpisah, di Roma pada tahun 1865. Al-Banna sendiri, sebagai seorang ilmuwan yang hebat pernah mendapat penghargaan yang tinggi dari Ibnu Khaldun yang berharap agar karya-karya al Banna dapat dikembangkan oleh ilmuwan lain sepeninggalnya.
Qadi Zada, Seorang Ahli Matematika dan Astronomi dari Bursa
Al-Fanari selain menasehatinya pergi ke pusat pemeblajaran juga tidak lupa memberikan surat rekomendasi bagi Qadi. Dia juga memberikan salah satu karyanya yang termasyhur dan berjudul Emmuzeg al-ulum (Tipe-tipe ilmu pengetahuan) sebagai tanda bahwa dia adalah seorang pelajar. Mengikuti nasehat gurunya, Qadi akhirnya belajar matematika dan astronomi di Transoxiana sebagai pusat kebudayaan. Pada tahun 1383 Qadi memiliki reputasi yang hebat sebagai ahli matematika dengan menyelesaikan bukunya yang berjudul Risala fi'l Hisab ( Risalah Aritmatika). Buku tersebut berisi pengetahuan kompleks mengenai aritmatika, aljabar, dan pengukuran.
Ketika Qadi masih muda, Timur, yang sering dikenal sebagai Timur Lenk memerintah kerajaan yang sekarang merupakan wilayah yang membentang dari Iran, Irak, dan bagian timur Turki. Setelah kematian Timur pada tahun 1405, kerajaan peninggalannya diperebutkan antara anak-anaknya. Namun, Shah Rukh yang merupakan anak keempat Timur Lenk akhirnya memenangkan perebutan kekuasaan peninggalan Timur Lenk tersebut. Pada tahun 1407, Shah Rukh mendapatkan kekuasaan secara menyeluruh di sebagian besar kerajaan, termasuk Iran dan Turkistan. Dia juga menguasai Samarkand. Wilayah yang dikuasai Shah Rukh merupakan pusat-pusat kebudayaan di mana Qadi belajar di sana. Wilayah tersebut meliputi Herat di Khorasan, Bukhara dan Samarkand di Transoxania.
Sekitar tahun 1407 Qadi akhirnya berangkat untuk mengunjungi kota-kota tersebut, termasuk Samarkand. Tidak ada yang mengetahui alasan Qadi untuk mengunjungi Samarkand saat dia sudah berumur. Pada masa mudanya, Qadi belum sempat mengunjungi kota-kota tersebut. Mungkin dia masih sibuk dengan astronominya. Saat mengunjungi kota-kota tersebut, Qadi sudah memiliki reputasi yang bagus sebagai seorang ahli matematika. Dia juga sudah menghasilkan karya berupa sebuah risalah aritmatika yang ditulisnya keika tinggal di Bursa pada tahun 1383. Buku risalah aritmatika tersebut berisi aritmetika, aljabar dan pengukuran.
Setelah mengunjungi sejumlah kota-kota pusat kebudayaan lainnya, Qadi baru mencapai kota Samarkand sekitar tahun 1410. Pada tahun sebelumnya Shah Rukh, telah menguasai kekaisaran Timur ayahnya dan memutuskan untuk menjadikan Herat di Khorasan sebagai ibu kota baru dan melnempatkan anaknya sendiri Ulugh Beg sebagai penguasa di Samarkand. Ulugh Beg saat itu baru berusia 17 tahun ketika bertemu dengan Qadi di Samarkand. Saat pertemuannya dengan Qadi, Ulugh Beg sangat mengagumi kecerdasan dan kehebatan Qadi dalam bidang matematika dan astronomi. Sehingga dia meminta Qadi untuk mengajarinya kedua ilmu tersebut. Hingga akhirnya Ulugh Beg juga menjadi seorang ahli astronomi yang terkemuka.
Qadi merupakan seorang ilmuwan yang jauh lebih tertarik kepada ilmu pengetahuan dan kebudayaan dari pada politik atau penaklukan militer. Tetapi bagaimanapun juga, dia menjadiseorang wakil penguasa di seluruh kerajaan, terutama wilayah Mawaraunnahr. Sehingga meskipun sedikit, dia mau tidak mau terkena arus politik. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Pertemuannya dengan Ulugh Beg merupakan titik balik bagi kehidupan Qadi Zada. Sehingga dia memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan bekerja di Samarkand. Dia juga menikah dengan seorang wanita di kota tersebut dan memiliki putra yang bernama Syams al-Din Muhammad.
Qadi menulis sejumlah karya-karya matematika dan astronomipada tahun-tahun pertama dia tinggal di Samarkand. Karya-karyanya ini banyak yang dipersembahkan untuk Ulugh Beg. Hal itu juga menunjukkan reputasi Qadi sebagai seorang guru muda yang brilian dan sangat ahli dalam bidang matematika. Qadi menulis komentar tentang Kompendium ahli astronomi al-Jaghmini pada tahun 1412 hingga 1413. Dia juga menulis komentar terhadap karya al-Samarqandi. Komentar kini adalah merupakan karya pendek yang hanya terdiri dari 20 halaman di mana ia membahas tiga puluh lima dari proposisi Euclid.
Pada tahun 1417 Ulugh Beg membangun madrasah atas dorongan Qadi. Madrasah tersebut digunakan oleh Qadi sebagai pusat pembelajaran yang terletak di depan alun-alun Rigestan di Samarkand. Dengan berdirinya madrasah tersebut, Ulugh Beg mulai mengumpulkan para ilmuwan terkemuka untuk mengajar di madrasahnya, termasuk al Kashi. Baik Qadi, Ulugh Beg, dan al Kashi merupakan para ahli astronomi dan ilmuwan terkemuka pada masa itu.
Pembangunan observatorium untuk penelitian astronomi dilaksanakan di Samarkand pada tahun 1424 oleh Ulugh Beg. Menurut Krisciunas salah seorang ilmuwan, observatorium yang dibangun Ulugh Beg adalah yang termegah di antara tempat pengamatan benda antariksa lainnya yang dimiliki peradaban Islam.
Saat observatorium tersebut dibangun, al-Kashi menulis surat kepada ayahnya yang tinggal di Kashan. Al Kashi memuji kemampuan matematika Ulugh Beg dan Qadi Zada. Dia menganggap kedua ilmuwan tersebut merupakan ilmuwany ang paling unggul dibandigkan para ilmuwan lainnya. Dalam surat tersebut, al Kashi juga menceritakan bahwa mereka sering mengadakan pertemuan ilmiah yang dipimpin oleh Ulugh Beg dan dihadiri para ilmuwan terkemuka. Saat membahas masalah-masalah dalam astronomi yang cukup sulit, biasanya al-Kashi dan Qadi Zada mampu menyelesaikan masalah tersebut tanpa kesulitan yang berarti.
Karya asli Qadi adalah perhitungan sin 1 ° dengan tingkat akurasi yang luar biasa. Dia menerbitkan metode perhitungan sin 1 ° dalam Risalat al jayb (Risalah Sinus). Al -Kashi sebagai teman seangkatannya juga menghasilkan sebuah metode untuk memecahkan masalah ini. Namun metode mereka berdua berbeda dan menunjukkan bahwa dua ilmuwan yang luar biasa tersebut sama-sama bekerja pada masalah yang sama di Samarkand. Qadi menghitung sin 1 ° mendekati tingat akurasi 10 pangkat minus 12.
Pekerjaan utama yang dilakukan Qadi dan sahabat-sahabatnya, baik al Kashi maupun Ulugh Beg di Observatorium di Samarkand adalah memproduksi Katalog bintang-bintang. Katalog yang dihasilkan di observatorium tesebut, merupakan katalog bintang pertama yang komprehensif sejak zaman Ptolemeus. Katalog bintang ini, sebagai katalog standar untuk pekerjaan seperti itu sampai abad ketujuh belas. Katalog bintang yang diterbitkan pada tahun 1437 itu menjelaskan 992 posisi bintang. Katalog bintang tersebut merupakan hasil dari kolaborasi para ilmuwan yang bekerja di Observatorium tetapi kontributor utamanya adalah Qadi Zada, Ulugh Beg, dan al-Kashi. Katalog bintang tersebut, selain berisi posisi bintang juga berisi tabel pengamatan yang dilakukan di Observatorium, serta berisi hasil perhitungan kalender trigonometri.
Qadi juga menulis komentar terhadap risalah astronomi karya ilmuwan besar Nashir ad-Din al-Tusi. Selain itu, dia juga menulis sebuah risalah mengenai masalah menghadapi Mekah, di mana masalah penting tersebut banyak didiskusikan oleh para astronom dan ahli matematika Muslim.
Setelah wafatnya al-Kashi, Qadi akhirnya menjadi direktur observatorium di Samarkand. Dia terus melakukan pekerjaan utama di Observatorium tersebut dengan memproduksi katalog bintang-bintang. Bahkan katalog bintang ini yang disebut Zij-i Sultani mengatur standar pekerjaan perbintangan hingga beberapa abad kemudian. Pada tahun 1436, Qadi akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya meninggalakan dunia fana ini untuk selamanya. Namun kontribusinya kepada ilmu astronomi dan matematika begitu besar. Bahkan banyak karya-karyanya masih digunakan hingga saat ini.
Tipu Sultan, Seorang Penguasa dan Pejuang Muslim India
Tipu Sultan selain sebagai seorang penguasa, juga seorang ilmuwan, prajurit serta pujangga. Walaupun dia beragama Islam, dia terkenal sangat toleran terhadap rakyatnya yang sebagian besar memeluk agama Hindu. Dia juga memenuhi permintaan Perancis untuk membangun sebuah gereja pertama di Mysore. Tipu dan Hyder Ali tidak hanya dikenal memiliki aliansi yang kuat dengan Perancis dalam usaha melawan Kolonialis Inggris, namun juga dengan Kekaisaran Maratha, Sira, Malabar, Coorg dan Bednur. Tipu juga terkenal menguasai banyak bahasa. Dia fasih dalam berbahasa Urdu, Kanada, Persia, dan Arab.
Tipu pernah membantu ayahnya Haidar Ali mengalahkan Inggris di Perang Mysore Kedua yang akhirnya Inggris mau melakukan negosiasi dalam Perjanjian Mangalore. Namun, Tipu terpaksa harus mundur dalam Perang Anglo-Mysore Ketiga dan Perang Anglo-Mysore Keempat sebab musuh membentuk aliansi yang kuat antara British East India Company, Nizam dari Hyderabad dan negeri kecil, Travancore.
Tipu lahir di Devanahalli, sekarang merupakan Bangalore District, yang terletak sekitar 33 km dari timur kota Bangalore. Dia dikenal sebagai orang yang sangat religius, pada masa pemeerintahannya terdapat konflik antara Sunni-Syiah dalam praktik agama.
Selama pemerintahannya, Tipu pernah membangun bendungan Krishna Raja Sagara menyeberangi sungai Cauvery. Dia juga menyelesaikan proyek Lal Bagh yang dimulai oleh ayahnya Hyder Ali. Dia membangun banyak jalan, gedung-gedung publik, serta pelabuhan di sepanjang garis pantai Kerala. Perdagangannya diperluas ke negara-negara lainnya termasuk Sri Lanka, Afghanistan, Prancis, Turki, dan Iran. Di bawah kepemimpinannya, Kompi militer pasukan Mysore terbukti menjadi sebuah sekolah ilmu militer bagi para pangeran India. Pukulan serius yang dilakukan pasukan Tipu terhadap Inggris di dalam Perang Mysore Pertama dan Kedua Perang meningkatkan reputasi mereka sebagai kekuatan tak terkalahkan.
Dr Abdul Kalam, mantan Presiden India, dalam sebuah orasinya pernah mengatakan, Tipu Sultan merupakan inovator di dunia perang yang pertama kali menggunakan roket. Dua roket ini yang diluncurkan pasukan Tipu ini ditangkap oleh pasukan Inggris di Srirangapatna yang sekarang disimpan di Royal Artillery Museum di London. Sebagian besar pertempuran Tipu Sultan menghasilkan kemenangan. Dia berhasil menaklukkan semua kerajaan kecil di selatan. Dia mengalahkan Marathas dan Nizams dan juga beberapa penguasa India yang telah mengalahkan pasukan Inggris. Tipu juga penguasa yang mulai mengadakan sistem mata uang, sistem perbankan, sistem kalender baru, dan sistem ukuran. Tipu sebenarnya berkeinginan untuk menjadi seorang sufi, tetapi ayahnya Hyder Ali bersikeras bahwa dia mampu menjadi prajurit dan pemimpin besar.
Sebagai seorang penguasa Muslim yang sebagian besar rakyatnya beragama Hindu, Tipu sering menghadapi masalah-masalah dalam membangun kekuatan legitimasi pemerintahannya. Dia juga terus berupaya untuk mencari jalan keluar dari keinginannya untuk dilihat sebagai penguasa Islam yang taat dengan kebutuhannya menjadi pragmatis untuk menghindari pertentangan agama dengan rakyatnya.
Beberapa ahli sejarah menyatakan bahwa Tipu memiliki sikap yang egaliter terhadap orang-orang Hindu dan dia hanya berlaku keras ketika bertentangan dengan masalah politik. Pada awal masa pemerintahannya, dia tampak lebih agresif karena adanya doktrin agama Islam dari ayahnya, Hyder Ali.
Pada tahun 1780 M Tipu menyatakan dirinya sebagai Kaisar Padishah atau Mysore dan dia membuat mata uang atas namanya sendiri tanpa meminta izin kepada Kaisar Mughal Shah Alam II yang sedang berkuasa. Salah seorang ahli sejarah, HD Sharma menulis bahwa Tipu Sultan menggunakan gelar kaisar sendiri untuk menyatakan kalau dia bermaksud mendirikan sebuah kerajaan di seluruh negeri, di sepanjang garis Kekaisaran Mughal yang berada di ambang kehancuran pada masa itu. Tipu juga menjalin aliansi dengan Prancis dengan tujuan utama memukul Inggris keluar dari India.
Tipu memiliki seorang tangan kanan yang bernama Sirdar Yar Muhammad yang juga dikenal sebagai Ghazi-e Mysore (Fighter Mysore). Dia lahir pada abad ke-18 dalam sebuah keluarga Rajput muslim Shah Muhammad, seorang sufi. Tipu merupakan salah satu murid dari Shah Muhammad sendiri. Sirdar Yar bergabung dengan Tentara Mysore dan segera menjadi salah satu jendral favorit Tipu. Sebab Tipu melihat perilaku patriotik, pemberani, dan gagah Sirdar Yar dalam medan perang dan dia sangat bangga akan hal itu.
Sirdar Yar sendiri bertempur dengan gagah berani dan tanpa rasa takut dalam Perang Seringapatam pada tahun 1799. Tetapi setelah mangkatnya Tipu di medan perang saat berusaha keras dan berjuang mempertahankan ibukotanya Srirangapattana dari tangan pasukan Inggris pada tanggal 4 Mei tahun 1799, Sirdar Yar merasa terpuruk. Dia melarikan diri ke bukit-bukit Kullu, kemudian lari ke pusat Punjab Maharaja Ranjit Singh. Dengan demikian, dia berhasil menghindari penangkapan oleh pasukan Inggris.
Setelah jatuhnya Pasukan Mysore, dia disebut sebagai salah satu anggota pasukan Mysore yang menjadi buronan tentara Inggris. East India Company terus berusaha untuk menangkapnya, baik hidup maupun mati, tetapi mereka tidak bisa berhasil. Beberapa anggota Sirdar Yar ada yang dibunuh oleh para penakluk India yang baru. Namun Sirdar Yarbersama dengan istrinya, dan ayahnya Shah Muhammad, serta anaknya Ilahi Bakhsh pergi melarikan diri dari tangkapan pasukan Inggris. Dia menghabiskan sisa hidupnya sebagai buronan. Diperkirakan dia meninggal pada pertengahan abad ke-19. Keturunannya hingga saat ini masih tinggal di Punjab, Pakistan.
Tipu Sultan mulai mempelajari taktik militer Perancis atas perintah ayahnya, Hyder Ali pada masa remajanya. Pada usia 15 tahun, Tipu menemani ayahnya Hyder Ali melawan Inggris dalam Perang Mysore Pertama pada tahun 1766. Dia juga menjadi komandan sebuah korps kavaleri dalam invasi Carnatic pada tahun 1767 saat dia berusia 16 tahun.
Perang Mysore Kedua
Tipu Sultan memimpin sekelompok pasukan besar dalam Perang Mysore Kedua pada bulan Februari 1782, dan dia mengalahkan Braithwaite di tepi Kollidam. Meskipun pasukan Inggris dikalahkan kali ini, Tipu menyadari bahwa Inggris merupakan ancaman serius bagi India. Tipu diangkat menjadi Sultan setelah kematian ayahnya, lalu dia bekerja keras untuk melihat kemajuan kekuatan pasukan Inggris dengan membuat aliansi dengan Kerajaan Marathas dan Mogul.
Tipu Sultan mengalahkan Kolonel Annagudi Braithwaite di dekat Tanjore pada tanggal 18 Februari 1782 yang memimpin tentara Inggris yang terdiri dari 100 orang Eropa, 300 kavaleri, 1400 tentara Sepoy. Tipu menyita semua senjata musuh dan menawan pasukan yang kalah tersebut. Pada bulan Desember 1781 Tipu berhasil merebut Chittur dari kekuasaan Inggris. Kehebatan Tipu tidak bisa terlepas dari upaya ayahnya Hyder Ali yang memberikan pelatian militer terhdapanya sejak dia masih kanak-kanak.
Perang Kedua Mysore berakhir dengan Perjanjian Mangalore. Perjanjian antara Sultan India dan Kolonial Inggris tersebut menjadi dokumen bergengsi dalam sejarah India. Meskipun demikian, Perang Mysore Kedua dianggap memiskinkan negara.
Pertempuran Pollilur
Pertempuran Pollilur terjadi pada tahun 1780 di Pollilur dekat kota Kanchipuram. Pertempuran ini merupakan bagian dari perang Anglo-Mysore kedua. Tipu dikirim oleh Hyder Ali dengan 10.000 laki-laki dan 18 senjata untuk mencegat Kolonel Baillie yang sedang dalam perjalanan untuk bergabung dengan Sir Hector Munro. Dalam pertempuran tersebut, sekitar 200 orang ditangkap hidup-hidup, tentara Sepoy yang berjumlah sekitar 3.800 orang juga ditangkap. Mereka sangat menderita. Munro sendiri sedang bergerak ke selatan untuk bergabung dengan kekuatan Inggris yang dipimpin Baillie. Namun, saat pasukan Inggris kalah, Munro terpaksa mundur ke Madras dan menelantarkan pasukan artileri di dekat sebuah tangki air di Kanchipuram.
Perang Srirangapattana
Setelah Horatio Nelson mengalahkan Brueys François-Paul D'Aigalliers pada Pertempuran di Sungai Nil di Mesir pada tahun 1798 M, dia menuju ke Mysore pada tahun 1799 dan mengepung ibukota Srirangapattana di Mysore.
Dalam perang tersebut, terdapat lebih dari 26.000 prajurit British East India Company yang terdiri dari sekitar 4000 orang Eropa dan sisanya India. Sedangkan Nizam dari Hyderabad yang merupakan aliansi Inggris menyediakan 10 batalion dan lebih dari 16.000 kavaleri. Pasukan Inggris sendiri berjumlah lebih dari 50.000 tentara. Sementara Tipu Sultan hanya memiliki sekitar 30.000 pasukan. Inggris akhirnya menembus tembok kota Srirangapattana. Tipu Sultan sendiri wafat dalam pertempuran itu dengan gagah berani. Wellesley, salah satu pemimpin pasukan Inggris meraba denyut nadi Tipu dan dia menegaskan bahwa Tipu sudah meninggal.Tipu terbunuh di gerbang jalan yang terletak 300 meter dari Benteng Srirangapattana. Benteng tersebut dibangun 5 tahun sebelum mangkatnya Tipu.
Al Qalasadi, Ahli Matematika dari Andalusia
Penaklukan Kristen terhadap wilayah Andalusia membutuhkan waktu sebanyak empat ratus tahun. Andalusia merupakan wilayah yang makmur selama abad ke-13 dan di sana terdapat Alhambra, istana yang indah dan benteng dari penguasa Granada, sebagian besar bangunan tersebut selesai pada tahun 1360. Kerajaan Kristen di utara mengalami perselisihan sipil sejak abad ke-14. Pada tahun 1407, lima tahun sebelum Al-Qalasadi lahir, kerajaan tersebut mulai memiliki keinginan besar untuk menaklukkan seluruh Spanyol dan Portugal.
Al-Qalasadi adalah seorang muslim yang dibesarkan di Bastah. Pada masa kanak-kanaknya hidup di Bastah cukup sulit karena Kerajaan Kristen sering melakukan pernyerangan ke kota Bastah. Dia sendiri mulai mendapatkan pendidikan di Bastah untuk mempelajari ilmu hukum dan Al-Qur'an. Setelah menginjak remaja dia pindah ke selatan, menjauhi zona perang menuju Granada di mana ia melanjutkan studi, khususnya ilmu filsafat, ilmu pengetahuan dan hukum Islam.
Al-Qalasadi memilih untuk tetap tinggal di dunia Islam dan dia meninggalkan Granada serta mulai melakukan perjalanan di negara-negara Islam. Secara khusus dia menghabiskan banyak waktunya di Afrika Utara. Dia hidup di negara-negara Islam yang memberikan dukungan kuat terhadap Andalusia baik secara politik maupun dengan bantuan militer dalam melakukan perlawanan terhadap serangan Kristen. Dia menghabiskan waktu di Tlemcen (sekarang di barat laut Aljazair, dekat perbatasan Maroko) di mana dia belajar atas bimbingan guru-gurunya untuk mempelajari aritmatika dan aplikasinya. Setelah itu dia pergi Mesir di mana di mana dia belajar dengan beberapa ulama terkemuka. Akhirnya al-Qalasadi mencapai Mekah, untuk melaksanakan ibadah haji dan kembali ke lagi Granada.
Ketika Al-Qalasadi kembali ke Granada, keadaan wilayah tersebut semakin memburuk. Bagian yang tersisa dari wilayah Muslim berada di bawah serangan orang-orang Kristen Aragon dan Castile. Namun, Al-Qalasadi tetap mengajar dan menuliskan sebagian karya-karya besarnya selama periode ini. Tetapi serangan tentara Kristen yang tersu-menerus membuatnya sulit hidup di Granada. Kekalahan seluruh wilayah Muslim di Granada akhirnya terjadi pada tahun1492. Kota Granada jatuh ke tangan orang Kristen.
Al-Qalasadi merupakan ilmuwan yang spesialis dalam mengenalkan simbol-simbol aljabar . Kontribusinya terhadap simbolisme aljabar dengan menggunakan kata-kata Arab pendek, atau hanya huruf-huruf awal sebagai simbol-simbol matematika. Secara khusus dia menggunakan simbol (+), (-), (x), , (÷), (x2).
Al-Qalasadi menulis beberapa buku mengenai aritmatika dan sebuah buku mengenai aljabar. Beberapa di antaranya berisi komentar-komentar terhadap karya Ibn al Banna dalam bukunya Talkhis amal al-Hisab (Ringkasan dari operasi aritmatika). Ibn al-Banna sendiri merupakan ilmuwan dari Maroko yang telah meninggal lebih dari 100 tahun sebelum Al-Qalasadi menulis komentar terhadap karyanya.
Risalah utama Al Qalasadi adalah al-Tabsira fi'lm al-Hisab (Klarifikasi ilmu berhitung). Karya ini merupakan buku yang sulit dipelajari, mungkin membutuhkan ketajaman pikiran tertentu untuk mempelajarinya. Karyanya tersebut dipengaruhi oleh karya Ibn al-Banna. Meskipun Al-Qalasadi sudah berusaha menyederhanakan tingkat kerumitan karya al Banna sebagai pendahulunya. Buku ini terlalu sulit untuk dijadikan bahan pengajar sebab menggunakan huruf-huruf debu.
Kedua versi yang lebih sederhana dari karya aritmatika Al-Qalasadi terbukti populer dalam pengajaran aritmatika di Afrika Utara dan karya-karyanya digunakan selama lebih dari 100 tahun. Sekarang meskipun banyak buku pengajaran matematika populer, tetap ada sedikit kontribusi Al-Qalasadi dalam matematika yang diajarkan saat ini. Sebagai contoh, urutan Σ Σ n2 dan n3 telah dipelajari oleh al-Samawal dan al-Baghdadi, dan metode untuk menghitung akar kuadrat juga dikenal hingga Babilonia.
Sebenarnya, para sejarawan abad ke-19 banyak yang kurang memahami kontribusi matematika para ilmuwan Muslim. Mereka banyak yang tidak tahu para ahli matematika Muslim zaman kuno. Hal ini terjadi akibat kurangnya informasi maupun catatan-catatan tertentu yang menunjukkan keberadaan para ahli matemaika kuno tersebut dalam dunia Islam. Tetapi Al Qalasadi rupanya cukup dikenal oleh para sejarawan.
Salah seorang penulis yang bernama J Samso Moya mengatakan, para penulis menganalisis karya para ahli matematika dari Maghrib seolah-olah mereka sepenuhnya tidak terpengaruh dari pendahulu mereka di Timur Islam. Hal ini mendorong mereka untuk menekankan pentingnya mengunakan simbol aljabar yang digunakan oleh Al-Qalasadi (1412-1486) tanpa memperhatikan usaha-usaha serupa sebelumnya baik di Timur dan di Barat Islam.
Sebenarnya penulis abad ke-19 percaya bahwa simbol-simbol aljabar pertama kali dikembangkan dalam Islam oleh ahli matematika Spanyol-Arab Ibn al-Banna dan Al-Qalasadi.
Kelangkaan simbol-simbol matematika di italia mungkin disebabkan oleh ilmuwan italia seperti Leonardo Fibonacci yang sangat berpengaruh di Italia pada abad pertengahan tidak menyadari adanya karya-karya hebat para ahli matematika Andalusia.
Mungkin simbol-simbol aljabar tersebut bukan penemuan Al-Qalasadi. Bisa saja simbol aljabar yang sering digunakan oleh Al Qalasadi merupakan penemuan ahli matematika Muslim lainnya di Afrika Utara 100 tahun sebelumnya, tetapi Al Qalasasi memiliki kontribusi yang besar dalam mengenalkan simbol-simbol aljabar tersebut kepada dunia. Simbol-simbol aljabar tersebut telah digunakan di kekaisaran Muslim Timur, bahkan mungkin lebih awal dari itu.
Tradisi Belajar di Andalusia, tempat kelahiran Al Qalasadi
Rupanya tradisi belajar di Andalusia sudah tampak sejak awal abad ke-9. Anak-anak para pangeran, pejabat atau orang yang terhormat harus belajar. Mereka belajar dari ajaran ilmiah menggunakan salinan terjemahan karya ilmiah Yunani dan India. Lalu muncullah buku-buku pengajaran bahasa Arab pertama di Andalusia yang mula-mula muncul di Baghdad
Sedangkan anak-anak para pedagang dan keluarga kerajaan mendapatkan buku-buku dari orang tuanya yang kaya. Melihat keinginan yang besar untuk belajar. Khalifah akhirnya mendukung kegiatan-kegiatan ilmiah dengan membiayai pembentukan sebuah perpustakaan penting, di mana buku-bukunya disediakan dari Timur.
Inisiatif Khalifah untuk memajukan pendidikan dengan membangun banyak perpustakaan akhirnya meningkatkan perkembangan kegiatan ilmiah di kota-kota utama Muslim Spanyol. Beberapa kota yang pendidikan dan ekonominya maju pada masa itu antara lain Cordoba, Toledo, Sevilla, Zaragoza dan Valencia.
Selama sepertiga akhir abad ke-9 dan seluruh ke-10, kegiatan mengajar dan penelitian berkembang dengan pesat terutama dalam bidang matematika. Sebab khalifah Omeyyad dari abad ke-10 dan Khalifah Abd ar-Rahmān III ( 912-961) serta putranya al-Hakam II (961-976) sangat mendukung perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Maka bisa dikatakan bahwa Andalusia yang menjadi tempat kelahiran Al Qalasadi merupakan wilayah yang memiliki tradisi belajar dan melakukan berbagai penelitian yang sangat tinggi. Pada masa itu, berbagai macam karya astronomi maupun matematika banyak dilahirkan oleh para ilmuwan besar, termasuk Al Qalasadi. Selain itu, banyak juga ilmuwan yang lahir di sana termasuk Ibn as-Samh dan az-Zahrawi, yang mendominasi kegiatan ilmiah paruh pertama abad ke-11 serta menerbitkan banyak buku di Spanyol dan di Maroko.
Jika melihat tradisi belajar dan ilmiah di Andalusia bisa dikatakan terjadi pertukaran ilmu antara umat Muslim di Andalusia dengan umat Muslim di Magribi. Sebab banyak ilmuwan dari Andalusia yang pergi ke Magribi begitu pula sebaliknya. Berdasarkan catatan sejarah, banyak guru, peneliti, maupun siswa yang pada mulanya memiliki teks-teks terjemahan dari bahasa Yunani yang isinya pengetahuan Elemen Euclid, karya Ptolemy, juga kerucut Apollonius.
Abu Mahmud Hamid ibn al-Khidir Al-Khujandi, Seorang Ahli Astronomi dan Matematika dari Khunjand
Kota Khunjand ini terletak di sepanjang kedua tepi sungai Syrdarya, menuju pintu masuk ke Lembah Fergana yang sangat subur dan menghijau. Sehingga pada masa itu, pertanian di wilayah tersebut cukup maju. Pada masa modern saat ini, kota Khunjand merupakan negara Tajikistan yang terletak di Eropa Timur.
Riwat mengenai kehidupan Al Khunjadi sendiri diketahui dari berbagai macam tulisan mengenai hidupnya. Seorang ilmuwan sekaligus ahli matematika dari kota Khurasan Iran yang bernama Nasiruddin Al-Tusi banyak menuliskan komentar terhadap kehidupan maupun karya-karya milik Al Khunjadi. Dari berbagai macam tulisan dan komentar Al-Tusi bisa diketahui bahwa Al Khunjadi, selain merupakan seorang ilmuwan yang ahli astronomi dan matematika juga salah satu dari penguasa yang berasal dari keturunan suku Mongol di wilayah Khujand. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa Al Khunjadi berasal dari kaum bangsawan.
Dalam melakukan penelitian maupun pengembangan berbagai macam karya-karya ilmiahnya, Al-Khujandi didukung oleh para anggota dinasti Buwaih. Dinasti Buwaih tersebut sangat berkuasa pada tahun 945 ketika pemimpinnya yang bernama Ahmad ad-Dawlah berhasil menduduki Abbasiyah yang merupakan ibukota Baghdad. Anggota keluarga Ahmad ad-Dawlah sendiri menjadi para penguasa di berbagai provinsi. Sehingga tidak ada banyak perlawanan terhadap Dinasti Buwaih. Al-Khujandi sendiri banyak mendapatkan perlinduangan dari Fakhr ad-Dawlah yang memerintah antara tahun 976 hingga 997.
Selain memberikan perlindungan bagi Al Khunjadi, Fakhr ad-Dawlah juga memberikan dukungan yang kuat terhadap proyek besar yang menjadi obsesi Al-Khujandi untuk membangun sekstan mural yang sangat besar bagi observatoriumnya di Rayy, yang saat ini dekat Kota Teheran, Iran. Para ilmuwan Arab mempercayai bahwa semakin besar alat tersebut maka semakin akurat pula hasil penelitian dan pengamatan yang akan diperoleh. Bahkan sekstan mural penemuan Al-Khujandi tersebut mampu menunjukkan akurasi hingga ke level detik di mana para ilmuwan sebelumnya, belum pernah mendapatkan penemuan seperti itu.
Selama tahun 994 Al-Khujandi melakukan berbagai macam penelitian. Dalam sebuah penelitiannya, dia menggunakan instrumen yang sangat besar untuk mengamati serangkaian transit meridian matahari yang dekat dengan titik balik matahari. Dalam pengamatan yang dilakukannya pada tanggal 16 dan 17 Juni tahun 994 dia gunakan untuk melihat titik balik matahari musim panas. Sedangkan pengamatan pada tanggal 14 dan 17 Desember tahun 994, dia gunakan untuk melihat titik balik matahari musim dingin, untuk menghitung arah kemiringan dari Ekliptika, dan lintang dari Rayy. Dia menjelaskan pengukurannya secara rinci dan sangat mendetail dalam sebuah risalah yang berjudul On the obliquity of the ecliptic and the latitudes of the cities (Arah kemiringan dari Ekliptika dan garis lintang kota-kota).
Dari berbagai macam pengamatan dan penelitian yang dia lakukan, Al Khunjadi memperoleh kemiringan sebesar 23 ° 32 '19 " dari Ekliptika. Nilai yang ditemukan Al Khunjadi ini rupanya lebih rendah dari pada nilai-nilai yang diperolehnya pada pengamatan sebelumnya.
Al-Khujandi mengatakan bahwa orang India menemukan kemiring yang paling besar dari Ekliptika yakni sebesar 24 °, sedangkan Ptolemeus menemukan kemiringan sebesar 23 ° 51 ', dan dia sendiri menemukan kemiringan sebesar 23 ° 32' 19 ". Menurut Al Khunjadi, nilai-nilai kemiringan yang berbeda dari Ekliptika ini terjadi bukan karena rusak atau cacatnya instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap kemiringan ekliptika. Tetapi, kemiringan dari Ekliptika sendiri, baginya tidak konstan alias berubah-ubah. Hal itu terjadi akibat menurunnya kuantitas.
Namun menurut sejumlah ilmuwan lain, tetap terdapat kesalahan dalam pengamatan dan penghitunga Al-Khujandi saat menilai kemiring dari Ekliptika, di mana dia melakukan penghitungan dua menit terlalu rendah. Kesalahan tersebut dibahas oleh kedua ilmuwan lain yang juga ahli dalam bidang astronomi dan matematika yaitu Al-Biruni dalam Tahdid di mana mereka mengklaim bahwa instrumen yang digunakan oleh Al Khunjadi terlalu berat. Mungkin Al-Biruni benar dalam menunjukkan penyebab kesalahan yang dilakukan oleh Al Khunjadi dalam penghitungannya. Tetapi, penghitungan Al-Khujandi untuk menentukan lintang kota Rayy sebesar 35 ° 34 '38,45 " sangatlah akurat, meskipun dihitung dengan menggunakan nilai yang salah untuk menunjukkan kemiringan dari Ekliptika.
Sebagai seorang ahli matematika, tentu saja Al Khunjadi memberikan kontribusi yang banyak terhadap perekembangan kemajuan ilmu matematika. Dia menyatakan telah menemukan Teorema Terakhir Fermat dalam kasus n = 3 walaupun bukti-nya tidak sepenuhnya benar. Al-Khazin menuliskan, Abu Muhammad al-Khujandi merupakan ilmuwan dan seorang pemikir yang sangat maju dan semoga Allah SWT memberikan berkah kepadanya. Dari demonstrasi yang dilakukan oleh Al Khunjadi bahwa jumlah dari dua bilangan kubik bukanlah sebuah kubus adalah tidak benar. Meski demikian, setidaknya Al Khunjadi merupakan ilmuwan yang tidak pernah menyerah dan terus-menerus melakukan penelitian dan pembelajaran demi kemajuan ilmu pengetahuan. Tanpa adanya sebuah kesalahan, maka peradaban di dunia tidak mungkin mengalami kemajuan.
Pertentangan Tentang Siapa Penemu Teorema Sinus
Rupanya catatan sejarah menuliskan terjadinya pertentangan tentang siapa yang benar-benar telah menemukan teorema sinus yang sangate terkenal itu. Pasalnya sejumlah ilmuwan menyatakan dirinya merupakan penemu teorema sinus yang asli.
Al Khunjadi sendiri, selain aktif dalam melakukan penelitian dan pengamatan terhadap tingat kemiringan dari ekliptika yang berhubungan dengan ilmu astronomi juga sering dibicarakan sebagai ilmuwan yang telah menemukan teorema sinus.
Nasiruddin Al-Tusi merupakan ilmuwan yang menyatakan bahwa teorema sinus ditemukan oleh Al Khunjadi, hal itu dia tunjukkan dengan memberikan bukti berupa hasil segitiga bola di Shakl al-qatta. Meskipun tidak ada alasan untuk meragukan peryataan Al-Tusi bahwa yang menemukan teorema sinus adalah Al Khunjadi dengan bukti yang diberikannya memang berasal dari al-Khujandi sendiri, namun tetap ada orang-orang yang percaya bahwa penemu teorema sinus yang asli adalah salah satu dari ilmuwan yang bernama Abu'l-Wafa atau Abu Nashr Mansur.
Baik Abu'l-Wafa dan Abu Nashr Mansur yang merupakan ilmuwan di bidang matematika menyatakan bahwa mereka merupakan penemu teorema sinus. Hal itu terdapat dalam sejumlah catatan sejarah. Sedangkan menurut sejumlah catatan sejarah, Al-Khujandi tidak pernah menyatakan dirinya adalah penemu teorema sinus.
Orang yang mengatakan Al Khunjadi sebagai penemu teorema sinus adalah Al Tusi sendiri, bukan Al Khujadi. Selain itu, berdasarkan logika Al Khunjadi lebih dikenal sebagai seorang desainer instrumen astronomi dan pengamat astronomi yang terkemuka dari pada sebagai seorang yang mendalami teori-teori ilmu matematika sperti aljabar maupun aritmatika.
Tetapi berbagai macam perdebatan dan diskusi tersebut akhirnya kalah dengan adanya sejumlah bukti kuat yang ditunjukkan oleh Abu Nashr Mansur bahwa dia yang menemukan teorema sinus. Catatan sejarah menunjukkan bahwa teorema sinus telah muncul beberapa kali dalam tulisan-tulisan karya Abu Nashr Mansur, baik tulisan-tulisannya tentang geometri, maupun yang berhubungan dengan astronomi. Sehingga disimpulkan bahwa penemu teorema sinus adalah Abu Nashr Mansur.
Banu Musa Bersaudara
Abu Ja'far Muhammad ibn Musa ibn Shakir yang hidup antara tahun 803-873. Dia memiliki keahlian khusus di bidang astronomi, teknik, geometri dan fisika.
Ahmad bin Musa ibn Shakir yang hidup antara tahun 803-873. Dia memiliki keahlian khusus dibidang bidang teknik dan mekanik.
Al-Hasan bin Musa ibn Shakir yang hidup antara tahun 810-873. Dia memiliki keahlian khusus di bidang rekayasa dan geometri.
Banu Musa bersaudara merupakan putra-putra dari Musa ibn Shakir yang bekrja sebagai ahli astrologi Kalifah al-Ma'mun. Pada saat Musa ibn Shakir meninggal, dia meninggalkan anak-anaknya yang masih muda dalam lingkungan kalifah. Dia mempercayakan anak-anaknya untuk dibimbing oleh Ishaq bin Ibrahim al-Mus'abi, seorang mantan gubernur Baghdad. Pendidikan dari tiga bersaudara tersebut juga dipercayakan kepada Yahya bin Abu Mansur yang telah bekerja di Rumah Kebijaksanaan yang terkenal dengan perpustakaannya dan sebagai pusat penerjemahan berbagai macam ilmu pengetahuan di Baghdad, Irak.
Salah satu buku terkenal karya Banu Musa bersaudara tentang mekanika berjudul Kitab al-hiyal (Kitab perangkat mekanik). Dalam buku tersebut mereka menciptakan desain pembuatan air mancur yang melibatkan berbagai macam teknik dan trik. Mereka menerapkan berbagai macam prinsip-prinsip geometri dan prinsip fisika untuk membuat air mancur. Buku tersebut juga memuat tujuh model atau desain air mancur. Desain pertama memperkenalkan gaya dasar yang ditemukan dalam semua air mancur. Sedangkan sejumlah desain yang lain digunakan untuk membuat air mancur yang lebih rumit lagi. Sebagai contoh, bagaimana air mancur bentuk pancaran airnya bisa berubah dari satu bentuk ke bentuk lain secara periodik.
Setiap air mancur memiliki tunas yang menjadi tempat pipa-pipa yang membentuk air mancur yang memancar memiliki bentuk yang unik. Biasanya tunas tersebut di dalamnya terdapat dua kompartemen di mana bagian bawah tekanan air terakumulasi, sebelum air tersebut dilepaskan melalui pipa di kompartemen atas. Bentuk air mancur yang memancar keluar tergantung bagaimana kompartemen atas diatur. Terdapat tiga bentuk dasar air yang memancar keluar antara lain, lili, perisai, dan tombak.
Air mancur dasar merupakan bagian dari desain hebat lainnya yang bisa memasukkan dua bentuk pancaran air mancur dalam sebuah tunas. Dua bentuk pancaran air mancur yang keluar dari air mancur bisa berlaku secara bersama-sama. Tetapi ada pula pancaran air mancur yang berubah secara periodik, misalnya berubah dari sebuah tombak ke sebuah perisai dan kembali lagi ke pancaran air berbentuk tombak.
Berbagai desain air mancur telah dikembangkan dan didokumentasikan oleh Banu Musa bersaudara tetapi semua desain tersebut mencapai hasil yang sama. Setiap desain air mancur yang didasarkan pada metode tertentu mampu secara berkala mengubah bentuk air yang berasal dari setiap tunas.
Untuk membuat pancaran air yang keluar bergantian berbentuk seperti tombak dan perisai memerlukan pengaturan yang sangat cermat dan teliti. Pengaturan harus seimbang dengan memperhatikan prinsip-prinsip fisika. Keseimbangan bertindak sebagai sebuah saklar yang menentukan bagaimana air dari kanal utama didistribusikan ke setiap bak. Salah satu bak untuk memancarkan air dalam bentuk tombak, dan bak yang satunya untuk memencarkan air dalam bentuk perisai. Bak ini ditempatkan pada air mancur dan tersembunyi dari pandangan publik, bak tersebut berfungsi sebagai akumulator tekanan, dengan demikian menyediakan pasokan air yang cukup dan tekanan untuk menciptakan efek air mancur yang diinginkan.
Dalam desain sebelumnya Banu Musa bersaudara telah mendesain bak yang menentukan bentuk keluarnya air. Selanjutnya, mereka mendesain air mancur dengan menggunakan roda gigi cacing dan katup canggih yang memungkinkan air yang keluar dari tunas memiliki efek yang sama yakni air bisa berubah bentu secara bergantian baik dalam bentuk tombak maupun bentuk perisai. Namun kali ini, bak tersembunyi di dalam air mancur yang dibutuhkan hanya satu saja untuk menghasilkan efek air mancur yang berbeda.
Penemuan cara pembuatan air mancur oleh Banu Bersaudara memberikan efek yang besar terhadap kemajuan arsitektur Islam. Sebab air mancur itu sangat berguna untuk mempercantik taman dengan meletakannya di antara pepohonan maupunn di dalam sebuah kolam yang indah.
Dalam berbagai catatan sejarah Islam, umat Islam tampaknya menjadi umat yang pertama menggunakan media air untuk didesain sebagai taman yang digunakan untuk memperindah ruangan baik di rumah, masjid, istana, maupun taman umum. Tetapi tampaknya hanya sedikit naskah sejarah yang menyebutkan maupun menceritakan tentang keberadaan air mancur pada masa kekalifahan. Bahkan Banu Musa bersaudara sendiri tidak menulis banyak tentang bagaimana setiap perangkat mereka untuk digunakan. Namun keahlian mereka untuk mendesain air mancur dengan berbagai model telah menunjukkan kehebatannya sebagai para ilmuwan Muslim masa kekalifahan.
Karya-karya Banu Musa Bersaudara
Selain membuat berbagai macam jenis air mancur dalam Kitab al-hiyal (Kitab perangkat mekanik), Banu Musa bersaudara juga menemukan sejumlah mesin otomatis dan alat mekanis. Beberapa penemuan ini meliputi:
Katup
Alat pengontrol
Seruling otomatis
Mesin yang bisa diprogram
Perangkat trik mekanik
Lampu badai
Lampu otomatis
Masker gas
Sistem gagal-aman
Tekanan diferensial
Banu Musa juga menemukan alat yang dikenal sebagai alat musik mekanik paling awal. Alat ini berupa hydropowered organ. Alat musik tersebut sering digunakan dan diproduksi hingga pertengahan abad kesembilan belas. Mereka juga menemukan alat musik seruling otomatis yang merupakan salah satu mesin yang bisa diprogram untuk pertama kalinya.
Kitab Pengukuran Pesawat dan Figur Berbentuk Bola
Risalah Matematika Banu Musa bersaudara yang paling terkenal adalah Kitab Pengukuran Pesawat dan Figur Berbentuk Bola. Kitab ini mempertimbangkan masalah-masalah yang dipikirkan oleh Archimedes, seorang ilmuwan ahli matematika, fisika, dan astronomi dari Yunani. Archimedes membahas tentang Pengukuran Lingkaran Pada Bola dan Cilinder.
Buku tentang gerakan bola
Kakak tertua Banu Musa bersaudara, Abu Ja'far Muhammad ibn Musa ibn Shakir adalah perintis astrofisika dan mekanika langit. Dia menuliskan buku tentang gerakan bola, dalam bukunya tersebut dia menuliskan penemuannya tentang benda-benda langit yang menjadi subyek dalam hukum fisika bumi.
Karya tentang gerakan bintang dan hukum tarik-menarik
Abu Ja'far Muhammad ibn Mūsā ibn Shākir , dalam karyanya tentang gerakan bintang dan hukum tarik-menarik menjelaskan adanya gaya tarik-menarik antara benda-benda langit. Hal ini membuktikan bahwa hukum gravitasi Newton berlaku secara universal.
Premis Kitab Conics
Abu Ja'far Muhammad ibn Musa ibn Shakir menulis tentang Premis Kitab Conics yang isinya revisi kritik terhadap Kitab Conics milik Apollonius yang merupakan ilmuwan dari Yunani, seorang ahli geometri dan astronomi.
Masalah mekanik
Ahmad ibn Musa ibn Shakir, adik Abu Ja'far yang ahli mekanik menuliskan karya tentang perangkat pneumatik yang disebut disebut mekanik.
Karya tentang elips
Sedangkan Al-Hasan ibn Mūsā ibn Shākir, saudara termuda dari Banu Musa bersaudara yang ahli geometri menuliskan karya tentang elips.
Ibn Juljul, Seorang Herbalis dan Ahli Botani dari Cordoba
Ibnu Juljul rupanya sangat tertarik dengan obat-obatan terutama yang berhubungan dengan herbal sebagai obat alami yang banyak diekstrak dari tumbuh-tumbuhan. Selain mempelajari pengobatan herbal, dia juga mempelajari farmasi. Dalam mempelajari pengobatan dia banyak berbagi dan berlatih dengan Albucasis atau Abu al-Qasim Khalaf bin Abbas Al-Zahrawi. Albucasis sendiri merupakan seorang dokter bedah di Cordoba, Spanyol yang menemukan penyakit hemofilia di mana penderitanya jika mengalami luka, darahnya sulit membeku dan terus mengalir. Albucasis juga menuliskan buku yang sangat populer di dunia kedokteran berjudul At-Tasrif liman 'Ajiza 'an at-Ta'lif (Metode Pengobatan).
Baik Ibn Juljul dan Albucasis bekerja dan menulis selama hari-hari terakhir masa kekalifahan di Andalusia ( Spanyol). Menurut catatan seorang ahli sejarah kedokteran yang terkenal di Bagdad yakni Bin Abi Usaybi'a, Ibn Juljul menulis sebuah buku sejarah pengobatan yang berjudul Atibba'wa'l Tabaqat al-Hukama. Menurutnya, buku tersebut telah diedit beberapa kali. Buku tersebut dimulai dengan menuliskan riwayat ayahnya yang juga ahli obat-obatan. Setelah itu dia menuliskan para ahli obat-obatan yang sangat terkenal sebagai para pendahulunya di Andalusia. Dia juga menuliskan tentang banyaknya hubungan maupun komunikasi yang baik antara kekalifahan Timur dan Andalusia. Selain itu dia juga menceritakan tentang banyaknya para mahasiswa yang melakukan perjalanan untuk mencari ilmu pengetahuan dan melakukan banyak pelatihan.
Ibn Juljul mempelajari ilmu pengobatan herbal yang dilakukan oleh Pedanius Dioscorides, seorang dokter Yunani kuno, ahli farmasi, dan ahli botani. Dioscorides sering bepergian guna mencari bahan-bahan jamu dari seluruh wilayah Romawi dan Yunani. Dia juga menulis lima jilid buku dalam bahasa Yunani asli. Salah satu bukunya yang terkenal berjudul De Materia Medica (Masalah-masalah yang berhubungan dengan medis). Berdasarkan ajaran dalam buku milik Dioscorides, Ibn Juljul membuat sebuah karya berjudul Maqalah. Dalam karyanya itu dia menuliskan berbagai macam tumbuhan yang penting bagi obat-obatan termasuk sifat tumbuh-tumbuhan tersebut. Lalu dia juga menuliskan efek dari penggunaan tumbuh-tumbuhan tersebut bagi organ tubuh tertentu. Tumbuh-tumbuhan untuk herbal yang ditulisnya sebanyak 28 berasal dari India atau yang perjalanannya melalui rute perdagangan India, 2 dari Yaman, 2 dari Mesir , 1 dari Ceylan, 1 dari Khwarizm, 2 dari kota yang dekat dengan Cordoba. Dalam bukunya tersebut, dia kadang-kadang menuliskan nama orang yang pertama kali menggunakan tumbuhan tersebut untuk pengobatan atau orang yang menceritakan fungsi dan efek penggunaan tumbuhan tersebut.
Ibn Juljul juga pernah membahas tentang batu Bezoar yang dapat digunakan untuk melawan semua racun. Batu tersebut memiliki warna yang kekuning-kuningan dengan garis-garis putih. Selain itu dia juga pernah membahas Ribas. Dia menceritakan bahwa menurut salah seorang pedagang kepercayaannya, ribas merupakan sejenis sayuran yang rasanya masam. Ribas yang akarnya rasanya sangat masam dapat diperoleh di pegunungan yang tertutup dengan salju. Meskipun daftar pengobatan Ibn Juljul memiliki cerita yang eksotis, namun semuanya mengandung elemen medis.
Rupanya karya herbal Ibn Juljul banyak dipelajari oleh para ilmuwan lain. Beberapa ilmuwan lain yang mempelajari metode pengobatan Ibn Juljul diantaranya seorang ahli botani yang bernama Al-Ghafiqi. Dia mengoleksi beragam jenis tumbuh-tumbuhan yang diperolehnya baik dari wilayah Spanyol maupun Afrika. Selain itu, dia juga membuat catatan yang menggambarkan secara detil tentang jenis-jenis tumbuhan dikoleksinya itu. Bahkan seorang ahli sejarah dari Barat yang bernama George Sarton mengatakan, Al Ghafiqi merupakan ahli botani paling cerdas pada masanya.
Deskripsi tentang tumbuh-tumbuhan yang dibuat Al-Ghafiqi diakui sebagai karya yang paling membanggakan yang pernah dibuat seorang Muslim. Pasalnya karya fenomenal Al-Ghafiqi yang judulnya Al-Adwiyah al-Mufradah memberikan inspirasi kepada Ibnu Baytar untuk meneliti tumbuh-tumbuhan dengan cara sederhana seperti yang dilakukan Al-Ghafiqi.
Abdullah Ibnu Ahmad Ibnu Al-Baitar yang juga salah satu ahli Botani sekaligus ahli obat-obatan di Spanyol pada abad pertengahan juga mengutip empat belas obat-obatan herbal milik Ibn Juljul. Padahal Al-Baitar sendiri merupakan ahli botani yang hebat, dia mengoleksi dan mencatat 1.400 jenis tanaman obat yang diperolehnya saat menjelajahi daerah pesisir Mediteranian dari Spanyol ke Suriah. Salah satu karya Al-Baitar yang paling termasyhur berjudul Al-Mughani-fi al Adwiyah al Mufradah.
Dari banyaknya para ahli botani dan medis yang mengutip karya Ibnu Juljul menunjukkan bahwa karya Ibn Juljul tentang pengobatan herbal jelas teruji oleh waktu dan sangat berguna dan bernilai bagi para cendekiawan dan praktisi herbalis baik di wilayahnya sendiri, Andalusia maupun di luar negeri seperti di Maroko. Ibn Juljul menggunakan dan menghormati karya-karya herbal kuno dari Yunani. Namun dia membuat pengembangannya sendiri, bahkan yang sebelumnya tidak pernah ada di Yunani. Kontribusi terhadap dunia medis sangat berharga bagi penggunaan tanaman obat selanjutnya, bahkan di dunia modern ini.
Pentingnya Mempelajari Tanaman Dalam Dunia Islam
Pengetahuan tentang tanaman untuk obat-obatan merupakan salah satu ilmu yang penting bagi dunia Islam sebab Al Qur'an memberikan dorongan yang kuat yang menginspirasi para ahli botani Muslim untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan herbal. Tanam-tanaman yang indah dan memiliki fungsi untuk pengobatan merupakan tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah SWT.
Terinspirasi oleh iman mereka, para ilmuwan Islam mempelajari pengetahuan tentang tanaman, termasuk metode pertumbuhan tanaman tersebut, juga kegunaan tanaman. Para ahli botani Muslim mengetahui bagaimana menghasilkan buah baru dengan cara mencangkok tanaman. Mereka juga menggabungkan antara tanaman semak mawar dengan pohon almond agar menghasilkan bunga yang langka dan cantik.
Kebun raya botani berisi dengan berbagai jenis tanaman, baik tanaman asli daerah yang cantik dan eksotis maupun dari luar daerah. Tanaman-tanam tersebut dibudidayakan dengan baik. Tanaman itu ada yang dinikmati keindahan dan keharuman bunganya, ada yang digunakan sebagai sayuran yang dimasak, ada juga yang penting untuk keperluan obat-obatan. Yang jelas, Allah SWT menciptakan berbagai macam tanaman untuk kepentingan manusia dan keseimbangan alam. Sehingga manusia berkewajiban merawat dan memelihara tanaman. Oleh karena itu ilmu tentang tumbuhan penting dipelajari oleh umat manusia.
Secara khusus, para ahli botani Muslim tersebut berhubungan dengan tanaman dalam berbagai cara, termasuk penelitian mereka dari perspektif filologis, tetapi fokus yang paling penting bagi mereka adalah kemampuan tanaman tersebut untuk menyembuhkan penyakit. Dari berbagai macam penelitian terhadapan fungsi tanaman inilah lahir ilmu tentang herbal.
Menurut sejumlah catatan sejarah, dalam literatur Islam abad pertengahan, kehidupan tumbuh-tumbuhan sangat erat terkait dengan filologi, ilmu kedokteran serta agronomi. Selain itu, tanaman juga sering dibahas dalam karya filsafat, magis, geografis. Maupun karya-karya ensiklopedik.
Sejak Al-Al-Asma'i (740-828 M), seorang ilmuwan yang terkenal dari Basra pada masa kekalifahan Harun Al Rasyid menuliskan Kitab al-nabat wa-'l-shajar maka para ahli botani tidak merasa ragu-ragu lagi menggunakan istilah botani. Para filolog menggambarkan tanaman secara sistematis. Tanam-tanaman kemudian digolongkan menurut jenisnya. Ada tanaman yang dimasukkan ke dalam golongan pohon, bunga, sayur-sayuran, semak-semak. Bahkan pohon juga dapat dibagi menurut kualitas yang dapat dimakan dari kulit dan biji buah-buahan mereka.
Abd al-Rahman al-Khazini, Seorang Ilmuwan dari Merv
Pada masa kecilnya dia tinggal di Merv setelah kemenangan Dinasti Seljuk Turki atas lawannya yakni Kaisar Bizantium Romanus IV. Al-Khazini mendapatkan pendidikan yang terbaik di bidang matematika dan filsafat. Dia juga menjadi murid seorang penyair, ahli matematika, ahli astronomi, dan ahli filsafat dari Persia yaitu Omar Khayyām yang tinggal di Merv pada saat itu.
Saat dia menginjak dewasa, Al-Khazini menjadi praktisi matematika di bawah perlindungan pengadilan Seljuk, di bawah kekuasaan Sultan Ahmed Sanjar. Suatu ketika, dia pernah menolak penghargaan yang diberikan kepadanya berupa 1000 uang dinar. Dia menyerahkan kembali penghargaan berupa uang tersebut kepada sang pemberi yakni istri seorang Emir. Dalam wikipedia.org, Al Khazini digambarkan sebagai orang yang sederhana dan sudah terbiasa hidup dengan uang senilai 3 dinar dalam setahun.
Al Khazini merupakan ilmuwan yang produktif. Penemuan yang dilakukannya cukup banyak dantaranya:
Tabel Sinjaric
Dalam karyanya yang berjudul Tabel Sinjaric, Al-Khazini memberikan gambaran pembangunan sebuah jam air 24 jam yang dirancang untuk keperluan astronomi. Tabel Sinjaric ini merupakan sebuah contoh awal dari sebuah jam astronomi. Dia juga menghitung tabel untuk pengamatan benda-benda luar angkasa yang dilihat dari Merv.
Karyanya Tabel Sinjaric kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani oleh seorang ahli astronomi dari Yunani, Gregory Choniades pada abad ke-13 yang sedang belajar di Kekaisaran Bizantium.
The Book of the Balance of Wisdom
Al-Khazini juga dikenal karena kontribusinya terhadap fisika yang tertuang pada risalahnya yakni The Book of the Balance of Wisdom yang selesai dibuatnya pada tahun 1121. Bukunya tersebut merupakan buku yang penting bagi perkembangan fisika Islam. Buku ini berisi studi tentang keseimbangan hidrostatik, konstruksinya dan penggunaannya. Dia juga membahas teori-teori tentang statika dan hidrostatika yang dikembangkan oleh para pendahulu sebelumnya, para ilmuwan sezamannya, dan juga yang dia kembangkan sendiri. Dia juga menggambarkan berbagai macam instrumen yang ditemukan para pendahulunya, termasuk araeometer yang ditemukan oleh seorang ahli matematika dari Yunani, Pappus.
Al-Khazini seorang ilmuwan yang merintis penerapan metode ilmiah eksperimental di bidang statika dan dinamika untuk menentukan berat tertentu yang berdasarkan teori keseimbangan dan berat. Dia berusaha menyatukan statika dan dinamika dalam ilmu mekanika, lalu dia menggabungkan bidang hidrostatik dengan dinamika untuk melahirkan hidrodinamika.
Al Khazini juga menemukan ilmu gravitasi yang dikembangkan lebih lanjut pada abad pertengahan di Eropa. Kontribusi Al-Khazini dan para cendekiawan Muslim pendahulunya terhadap mekanika yakni meletakkan dasar-dasar bagi pengembangan mekanika klasik pada masa Renaisan di Eropa.
Dalam The Book of the Balance of Wisdom, delapan bab pertamanya berisi dengan teori -teori pusat gravitasi yang dikemukakan para ilmuwan pendahulunya termasuk Al-Razi, Abu Rayhan al-Biruni, dan Omar Khayyām. Dia juga memberikan perhatian terhadap kegagalan ilmuwan Yunani kuno untuk membedakan antara gaya, massa, dan berat badan.
Setelah melakukan berbagai macam eksperimen secara ekstensif, Al-Khazini menuliskan gravitasi spesifik dari lima puluh zat, termasuk berbagai macam batu, logam, cairan, garam, dan tanah liat. Akurasi perhitungannya sangat mengesankan, bahkan sebanding dengan nilai-nilai modern. Dalam percobaan lainnya, Al-Khazini menemukan bahwa kerapatan air lebih besar ketika lebih dekat ke pusat Bumi yang kemudian dibuktikan oleh Roger Bacon, seorang ilmuwan dan ahli filsafat Inggris yang mendalami astronomi dan astrologi pada abad ke-13.
Berdasarkan kesimpulan bahwa udara lebih padat ketika lebih dekat ke pusat bumi (Prinsip Archimedes) dan berat badan meningkat karena seseorang jauh dari pusat bumi maka Al Khazini menetapkan bahwa gravitasi tubuh bervariasi tergantung dengan jaraknya dari pusat Bumi.
Gravitasinya tergantung jauh dekatnya dari pusat alam semesta. Oleh karena itu, gravitasi tubuh berhubungan dengan jarak dari pusat alam semesta. Semakin jauh tubuh dari pusat alam semesta, maka tubuh semakin berat. Sebaliknya, semakin tubuh dekat dengan pusat alam semesta maka tubuh semakin ringan. Al-Khazini melihat gravitasi seperti konsep modern tentang energi potensial gravitasi.
Treatise on Instruments
Dalam karyanya yang berjudul Treatise on Instruments dia menggambarkan instrumen-instrumen ilmiah yang berbeda antara lain triquetrum, dioptra, instrumen segitiga yang dia temukan sendiri, kuadran dan sextant, maupun astrolabe.
Kimia dan biologi
Al-Khazini menulis tentang evolusi kimia dan biologi. Dia bahkan membandingkan transmutasi elemen-elemen dengan transmutasi spesies. Selain itu, dia juga menggambarkan bagaimana evolusi kimia dan biologi dipandang oleh para filsuf alam dan orang biasa pada abad pertengahan dunia Islam saat itu.
Pada masa itu, para filsuf alam menggambarkan emas sebagai tubuh yang telah mencapai tingkat kesempurnaan atau kedewasaan. Sebelum menjadi emas, logam tersebut harus melewati bentuk logam-logam yang lain seperti dari timah, berubah menjadi kuningan, lalu berubah lagi menjadi perak yang mendekati kesempurnaan, dan akhirnya mencapai kesempurnaan yang sesungguhnya yakni menjadi logam mulia, emas. Hal ini hanyalah perumpaan dari perkembangan manusia. Mereka harus banyak belajar dan berpikir dari hubungan sosial maupun hubungannya dengan alam dan benda mati lainnya supaya menjadi seorang dewasa yang bijak dan mampu memimpin orang lain.
Ibn Ahmad Al-Kharaqi, Seorang Ilmuwan dari Merv
Ibn Ahmad Al-Kharaqi merupakan seorang ilmuwan terkenal yang berasal dari kota Merv, Turkmenistan. Al Kharaqi yang juga sering dikenal dengan nama al-Marwazi hidup sekitar abad ke-11. Dia adalah seorang ilmuwan yang mempunyai multi talenta. Dia menguasai berbagai macam subjek ilmu pengetahuan antara lain matematika, astronomi, maupun geografi. Sejak kecil, Al Kharaqi sudah tertarik dan antusias terhadap ilmu pengetahuan. Hal itulah yang membuatnya menjadi seorang ilmuwan yang termasyhur kepandaiannya. Bahkan dia dianggap sebagai salah satu ahli astronomi yang terkemuka pada masanya. Sehingga banyak pelajar yang ingin berbagi ilmu pengetahuan dengannya.
Karya-karya Al Kharaqi sendiri cukup banyak. Beberapa karyanya yang sangat terkenal pada masa itu meliputi: (1) Muntaha al-idrak fi taqsim al-aflak, karya tersebut berisi pemahaman tertinggi pada pembagian bola, (2)Kitab al-tabsira fi 'ilm al-hay'a, risalah astronomi yang lebih singkatdari beberapa masalah yang dikemukakan oleh Ibn al-Haytham di bidang astronomi. Ibn al Haythan sendiri merupakan ilmuwan yang sangat pandai di bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Dia berasal daeri kota Basra, Irak dan dilahirkan di Basrah pada tahun 965 Masehi . Al Kharaqi sendiri merupakan salah satu pengagum karya Al Haytham yang sangat cerdas dan luar biasa kepandaiannya. Sehingga dia banyak mempelajari karya-karya Al Haytham guna meningkatkan ilmu pengetahuannya dan membandingkan hasil pemikirannya sendiri dengan pemikiran ilmuwan yang dikaguminya tersebut. (3) al-Risalah al-shamila, karya tersebut berupa risalah yang sangat komprehensif dan lengkap mengenai ilmu aritmatika. (4) Al-risala al- maghribiya (Risalah Maghrib).
Menurut catatan sejarah yang dikutip Muslimheritage.com salah satu karya Al-Kharaqi yang paling terkenal dan paling penting adalah karyanya yang berjudul Muntaha al-idrak fi taqsim al-aflak. Karya tersebut mempunyai beberapa bagian yang meliputi tiga masalah (maqala) antara lain, (1) Mengetahuai bagaimana susunan bola (tarkib al-aflak), bagaimana gerakan bola tersebut, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan bola. (2) Bentuk bumi, dalam membahas bentuk bumi, Al Kharaqi membagi bumi menjadi bagian yang dihuni oleh umat manusia, binatang,maupun tumbuhan dan bagian bumi yang tidak dihuni. Perbedaan antara bagian bumi yang dihuni oleh makhluk hidup maupun yang tidak dihuni, terjadi karena posisi geografis. (3) Kronologi atau era (Tawarikh), konjungsi (qiranat), pada bagian ini dia juga menuliskan tentang planet Saturnus, Jupiter, dan periode revolusi planet.
Sebenarnya, Kitab al-tabsira fi 'ilm al-hay'a itu membahas seputar masalah yang sama dalam karyanya yang berjudul Muntaha al-idrak fi taqsim al-aflak. Namun dalam Kitab al-tabsira fi 'ilm al-hay'a, dia tidak membahas gambaran yang rumit dari lima lautan yang dibahas dalam bab kedua dari Muntaha al-idrak fi taqsim al-aflak.
Al-Kharaqi mengembangkan teori yang menyatakan bahwa planet-planet tidak didukung oleh lingkaran imajiner tetapi didukung oleh bola besar yang berputar. Sebenarnya teori tersebut sudah dikemukakan oleh Al-Khazini, seorang ilmuwan yang berasal dari Merv juga. Dia hidup antara tahun 1115-1130 Masehi. Al Khazini merupakan ilmuwan yang ahli di bidang astronomi, fisika, biologi, kimia, matematika, dan filsafat. Teori tersebut dia temukan dari literatur Ibn al-Haytham yang berjudul Treatise Fi hay'at al-'alam.
Namun Beberapa karya yang dibuat Al Kharaqi ada yang belum ditemukan hingga sekarang. Mereka hilang begitu saja tanpa bekas. Bisa saja karya tersebut rusak dengan sendirinya karena termakan usia atau hancur saat kota Merv dihancurkan oleh pasukan Mongolia Jenghiz Khan. Pasukan Mongolia membakar dan menghancurkan banyak perpustakaan di kota Merv yang pada waktu itu menjadi pusat belajar dan peradaban Islam. Kota Merv sendiri pada masa itu menjadi salah satu kota yang paling makmur, dan subur. Di kota tersebut banyak ilmuwan, ahli filsafat, sarjana, orang-orang suci yang tinggal di sana. Selain itu, banyak juga ilmuwan mapun para ahli filsafat dari negeri-negeri Islam lain yang berkunjung ke kota Merv untuk sekedar belajar, melakukan dialog, dan berinteraksi dengan ilmuwan setempat untuk saling bertukar pikiran. Kota Merv juga memiliki 10 buah perpustakaan yang salah satunya terkenal memiliki bagitu banyak buku yakni 12 ribu buku. Hal itu merupakan prestasi yang luar biasa. Sebab pada masa itu di belahan bumi lain banyak kota yang bahkan penduduknya tidak bisa membaca, apalagi mempunyai perpustakaan yang besar dan punya ribuan buku.
Setelah banyak belajar dan aktif menyumbangkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya bagi kemajuan umat manusia, akhirnya Al Kharaqi menghadap kepada Sang Khalik. Dia menghembuskan nafas terakhirnya di kota kelahirannya Merv sekitar tahun 1138 Masehi.
Yaqut Al Hamawi, Seorang Ahli Geografi dari Suriah
Yaqut semasa hidupnya pernah memiliki pengalaman yang sangat buruk. Dia pernah ditangkap dan dijual kepada seorang pedagang buku di Baghdad sebagai budak oleh seorang penjahat. Pada masa itu terjadi perebutan kekuasaan antara Kerajaan Seljuk Rum dan Kekaisaran Bisantium. Sehingga banyak orang yang ditawan dan dijual sebagai budak. Tetapi Yaqut bernasib baik. Rupanya pedagang buku yang membeli Yaqut merupakan orang yang berhati mulia. Dia memperlakukan Yaqut dengan baik dan adil. Bahkan Yaqut mendapatkan pendidikan dari pedagang buku tersebut.
Selama mengikuti pedagang buku tersebut, Yaqut bertugas sebagai penulis. Dia juga ikut tuannya bertualang ke berbagai wilayah dan negeri untuk berjualan buku. Rupanya saat diminta menuliskan buku para ilmuwan maupun pelajar, Yaqut banyak mendapatkan ilmu dari buku-buku yang dia tuliskan. Hal itu membuat Yaqut semakin pandai dari hari ke hari. Bahkan dia mulai belajar bagaimana menuliskan bukunya sendiri. Selain menulis, dia juga sering belajar dan berlatih bahasa Arab dan tata bahasa. Sebagai seorang ahli geografi, dia juga selalu tertarik dengan tempat, orang-orang setempat, beragam populasi, pakaian maupun adat-istiadat masyarakat yang dia kunjungi.
Perjalanannya yang panjang dari suatu negeri ke negeri lain dan kemampuannya menulis yang semakin terasah mendorongnya untuk menuliskan pengalaman dirinya saat tinggal di wilayah-wilayah yang dikunjunginya. Apalagi pengetahuan geografinya semakin meningkat dengan semakin banyaknya wilayah yang dia singgahi bersama tuannya. Waktu terus berlalu, tahun demi tahun pun berganti. Suatu ketika, tuannya melihat bakat yang luar biasa dari Yaqut. Diapun bermurah hati, dia tidak ingin Yaqut hidup dibawah bayang-bayangnya. Akhirnya dengan kebesaran hati, tuannya melepaskan Yaqut sebagai budaknya. Dia membiarkan Yaqut pergi dan melanjutkan mimpinya menjadi seorang petualang dan ahli geografi terkemuka di seluruh negeri. Menurut sebuah catatan sejarah, Yaqut pernah menikah dan menjadi ayah di Baghdad sebelum tuannya membebaskannya sebagai budaknya.
Kebanyakan para budak, setelah diberikan kemerdekaan oleh para tuannya, mereka diberi harta dan tempat yang aman untuk tinggal. Namun pedagang buku tersebut hanya memberikan Yaqut kebebasan, bekal pendidikan yakni menulis manuskrip dan bahasa Arab. Sehingga selama pengembaraannya bertahun-tahun dia mencari nafkah dengan menyalin banyak buku serta menjual berbagai macam naskah. Dia pergi ke tempat-tempat yang paling jauh di dunia Muslim, termasuk Oman, barat laut Iran, Mesir, dan Palestina.
Suatu ketika, Yaqut mencapai kota Merv, Turkmenistan dan tinggal di sana selama dua tahun. Rupanya dia sangat suka dengan kondisi kota Merv yang menjadi salah satu pusat peradaban Islam dan pusat belajar para ilmuwan, ahli filsafat, maupun para pelajar dari berbagai pelosok negeri. Selain itu di kota tersebut terdapat 10 perpustakaan yang memiliki ribuan buku. Perpustakaan di Merv terletak di masjid-masjid dan di berbagai madrasah. Untuk memperdalam dan mempertajam tulisannya, Yaqut sering mengunjungi berbagai perpustakaan baik yang terletak di kota Merv maupun di Khwarizm.
Pada tahun 1218, dia pindah ke Khiva dan Balkh, tetapi dia pindah ke kota itu pada saat yang tidak tepat. Sebab pada masa itu, yakni pada tahun 1219, bangsa Mongolia yang dipimpin oleh Jenghis Khan dari Kerajaan Timur terus bergerak ke barat dan menghancurkan seluruh wilayah bagian timur kekuasaan Islam. Yaqut juga merupakan ilmuwan terakhir yang mendapatkan akses ke perpustakaan yang berada di sebelah timur Laut Kaspia, yang sekarang merupakan bekas wilayah Republik Soviet di Asia Tengah. Sepeninggalnya, perpustakaan tersebut bersama dengan tanah, kota-kota, dan penduduknya dibumihanguskan oleh serangan tentara invasi Mongolia.
Yaqut sendiri hampir tertangkap oleh pasukan Mongolia ketika gelombang pertama invasi Mongolia sedang berlangsung pada tahun 1220. Dia melarikan diri dari kejaran para pasukan Mongol dengan membawa seluruh naskah tulisannya menyebrangi Persia menuju Mosul. Lalu dia lari dari Mosul menuju Aleppo, Suriah. Selama tinggal di Aleppo, dia masih sering melakukan perjalanan ke negara-negara lainnya untuk menyelesaikan naskah geografinya. Dia pergi ke Palestina, Mesir, Irak, dan banyak negeri lainnya.
Yaqut benar-benar seorang ahli geografi yang memahami berbagai konsep ahli geografi Muslim yang sangat berkaitan erat dengan ilmu matematika dan fisika. Sehingga dia dapat menggambarkan wilayah-wilayah secara geografi dan mendokumentasikannya dengan baik.
Saat menuliskan karya-karyanya, dia sering melihat dan membaca karya-karya para ilmuwan sebelumnya. Bahkan terkadang dia memperbaiki karya-karya para pendahulunya jika dirasa tidak benar. Seluruh karya Yaqut dikoreksi secara cermat berkali-kali. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan fakta maka akan diedit dan diperbaiki. Sehingga karyanya memiliki ketepatan dan ketelitian informasi yang tinggi.
Saat-saat menjelang akhir hidupnya, Yaqut telah memperoleh banyak kekayaan yang cukup. Sehingga dia memberikan bantuan kepada janda dan anak yatim dari mantan tuannya, si pedagang buku yang telah jatuh pada masa-masa sulit. Hal ini sangat luar biasa mengingat fakta bahwa tidak seperti kebanyakan sarjana pada abad pertengahan yang sering berlindung di bawah kekuasaan para kalifah, Yaqut tidak memiliki pelindung. Dia juga seorang yang murah hati. Akhirnya Yaqut menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1229 di Aleppo.
Yaqut merupakan seorang ahli geografi yang menghasilkan banyak karya tetapi hingga saat ini hanya empat dari sekian banyak karyanya yang selamat dari rengkuhan zaman. Karya Yaqut yang sangat fenomenal berjudul Mujam al Budan (Kumpulan negara-negara). Buku tersebut berisi tentang gambaran geografis tempat-tempat yang pernah dia singgahi dan merupakan ensiklopedi geografis yang begitu luas isinya. Dalam bukunya tersebut Yaqut menuliskan tentang hampir semua pengetahuan abad pertengahan dunia, mulai dari arkeologi, etnografi, sejarah, antropologi, ilmu alam, geografi, memberi koordinat untuk setiap tempat. Pada setiap kota yang dia gambarkan, dia memberikan nama, menjelaskan kekayaan kota tersebut, sejarahnya berdirinya kota tersebut, penduduknya, dan tokoh-tokoh terkemuka serta berbagai hal yang terkait dalam kajian ilmu geografi dan alam. Karya lainnya adalah buku yang berjudul Mu'ajam al-Udaba (Kamus dari orang-orang terpelajar). Kedua karya tersebut memiliki 33.180 halaman.
Dia menceritakan negeri-negeri islam di Timur Tengah. Selain itu, dia juga menceritakan keadaan kota-kota yang berada di Spanyol Islam, Andalusia. Dalam bukunya, dia menuliskan bahwa kota Jativa merupakan pusat pembuatan kertas di semenanjung Iberia.
Untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat mengenai kota-kota yang akan ditulisnya, Yaqut bepergian ke Persia, Arab, Irak dan Mesir. Dia juga membangun hubungan dan persahabatan yang baik dengan para ilmuwan dan sejarawan. Dia juga menjalin hubungan baik dengan seorang menteri. Menurut catatan Muslimheritage.com, Yaqut mempersembahkan salah satu buku karyanya kepada sang menteri.
Mujam al Budan bukan hanya kumpulan fakta-fakta dari perjalanan panjangnya mengelilingi kota-kota dan negara-negara. Tetapi juga berisi fakta-fakta yang diperolehnya dari para ahli sejarah, ahli geografi, dan para pengembara yang dia temui atau dia kenal semasa hidupnya. Karyanya tersebut juga memberikan wawasan yang luas dan terperinci mengenai Timur Tengah dan Asia Tengah pada masa menjelang berakhirnya kekuasaan Khalifah Abbasiyah. Dalam bukunya tersebut, Yaqut juga menggambarkan adanya kincir air yang digunakan untuk berbagai macam keperluan di Hama, Suriah termasuk keperluan pertanian. Bahkan Mujam al Budan merupakan karya yang masih bagus untuk referensi hingga saat ini. Meskipun mungkin ada sejumlah perubahan dari tempat-tempat yang dia gambarkan pada masa itu.