Selasa, 29 Desember 2009
Mimpi di Musim Dingin
Aku sangat menginginkan kamu membukakan pintu rumah kita, meyambutku dengan pelukan dan ciuman!! Aku juga ingin kucing-kucing kita menyeruak keluar lalu menjilati kakiku!Tapi kapan semua itu akan terjadi. Detik demi detik berlalu, menit demi menit, jam demi jam, tahun demi tahun. Bahkan ribuan musim telah kulalui. Semua itu tak terjadi!!Apakah ini hanya sebuah mimpi di musim dingin?? Haruskah aku berputus asa ataukah aku terus bertahan dengan seonggok mimpi itu??!Aku di sini hampir membeku berdiri mematung bagaikan patung pualam Sang Dewi Athena. Mungkin sekeping ciuman dari Aphrodite harus kudapatkan untuk sekedar mempertahankan diri dari dinginnya cuaca Desember dan hatiku yang sedang membeku.
Tapi, ayahku selalu berkata, “Hidup itu atas mimpi!!Tanpa mimpi maka kamu hanyalah seonggok mayat hidup,”!Okay, Dad!! Aku berjanji, aku akan tetap menjaga lilin mimpi ini tetap hidup dan terjaga meski apinya hanya kecil. Demi cintaku padamu Ayah, dan juga cintaku kepada kekasihku, serta kucingku yang akan datang, aku akan tetap bermimpi bahwa suatu hari nanti dia akan menungguku di balik pintu rumah dan tertawa riang mendengar kedatanganku.....amin.
Senin, 28 Desember 2009
Di Ujung Resah
Tanpa kabar di ujung jalan
kususuri kota ini, mencari-cari aroma tubuhmu
Di setiap sudut sajak sepi
Yang kutemukan hanyalah nyeri
Waktu kita telah usang
Di ujung resah, aku menyerah
Jumat, 25 Desember 2009
Saat kau menikah
Namun, aku hanya berdiri terpaku, beberapa meter dari hadapanmu. Dan tak terasa bulir-bulir bening dari kedua mata indahku mulai mengalir di pipiku. Entahlah, aku begitu sesak nafas, jantungku berdebar kencang, bahkan aku tak sanggup mengucapkan kata-kata selamat kepadamu wahai sobatku, belahan jiwaku.
Akhirnya aku pun tahu, kenapa air mata ini mengalir dan kenapa aku hanya terdiam membisu menyaksikan upacara pernikahanmu. Mungkin ini adalah sebuah kebodohan, tapi air mata ini mengandung dua makna. Pertama, aku merasa kehilangan kamu yang selama ini selalu menemaniku. Bahkan saat kalian pacaran saja, kekasihmu begitu posesif terhadapmu, apalagi setelah kalian menikah. Pasti dia sangat memilikimu. Memang itulah yang terjadi, ketika seseorang menikah....dan tentu saja, aku tahu diri, aku menghargainya. Dan detik kalian mengucapkan janji pernikahan itulah, aku berusaha melepaskanmu selamanya dari hidupku! Aku tak akan pernah bisa meminta perhatian lebih darimu lagi atau marah padamu lagi kalau dia terus-menerus menelponmu saat kita bersama, ya tentu saja karena dia suamimu!
Dan makna kedua dari air mata ini adalah, aku sangat bahagia hingga kata-kata tak mampu kuucapkan dari bibirku. Aku bahagia karena akhirnya cita-citamu untuk menikah sejak kamu kecil, tepatnya sejak SMP, yang selalu kamu katakan padaku sedari SMA akhirnya tercapai juga. Maka pada hari ini, lewat sebuah tulisan di Blog, aku ucapkan, “Selamat mengarungi hidup baru sobat! Semoga kamu dan suamimu bisa saling mencintai, saling setia, saling memahami, dan saling mendukung untuk selamanya, seperti cinta yang indah antara Sang Vampir tampan, Edward Cullen dengan istri sekaligus kekasihya Bella Swan, salute!”
Rabu, 23 Desember 2009
Evliya Çelebi Sang Petualang Muslim Yang Tak Pernah Lelah
Evliya Çelebi merupakan seorang petualang yang sudah melanglang buana di hampir seluruh belahan dunia, termasuk teritorial Kekaisaran Ottoman Turki beserta negara-negara tetangganya dalam jangka waktu selama 40 tahun. Dia dilahirkan pada tanggal 25 Maret tahun 1611 di Istambul Turki, dan ayahnya adalah tukang emas kekaisaran yang bernama Derviş Mehmed Zılli. Meski lahir di Istambul, kedua orangtuanya berasal dari Kutahya.
Karena ayahnya bekerja di Kekaisaran Ottoman, maka Evliya mendapatkan pendidikan yang sangat baik pada masa kecil hingga remajanya. Setelah lulus dari sekolah dasar di Kekaisaran Ottoman, Evliya masuk Madrasah yaitu sekolah yang berbasis pendidikan Islami selama tujuh tahun. Selain belajar di sekolah, dia juga sering membantu ayahnya bekerja di bengkel kerajinannya. Di tempat tersebut, ayahnya juga mengajarkannya berbagai macam ketrampilan dan kesenian Turki sperti tezhip ( cara mendekorasi sampul buku dengan lukisan dan sepuhan emas), hat (cara menulis dengan indah dan memiliki nilai seni) serta nakis (seni mendekorasi tembok dan langit-langit ruangan). Evliya juga belajar bahasa Yunani dari pekerja yang magang di bengkel kerajinan ayahnya.
Empat tahun kemudian, Evliya belajar di Enderun yaitu tempat belajar dan training bagi orang-orang yang akan bekerja di kekaisaran Turki. Begitu lulus dari Enderun, Evliya menjadi pengawal Kaisar Murad IV pada tahun 1636 dengan bantuan pamannya Melek Ahmed Pasa.
Keinginan Evliya untuk melakukan petualangan dan perjalanan jauh terus menerus tumbuh sejak dia masih kanak-kanak. Pasalnya ayahnya selalu bercerita tentang petualangannya yang menakjubkan selama melakukan perjalanan dan melayani para sultan, termasuk Sulaiman yang Agung.
Suatu ketika Evliya bermimpi bertemu dengan Nabi dalam sebuah kumpulan jamaah yang sagat banyak di masjid Ahi Celebidi Istambul, dia merasa sangat senang bisa bertemu dengan Nabi. Mimpi itu juga yang semakin membuatnya bersemangat untuk segera melakukan petualangan. Bahkan dia memilih hidup dengan berbagai macam petualangan dari pada hidup sehat. Evliya juga sangat berambisi untuk menulis dan menceritakan berbagai macam hal yang akan dilihat dan ditemuinya dalam perjalanan panjangnya.
Hari berikutnya, Evliya meminta nasehat dari seorang Sheik yang terkenal tentang keinginannya yang menggebu-gebu untuk segera melakukan perjalanan. Sheik tersebut menyarankannya untuk memulai perjalanan di sekitar kota Istambul terlebih dulu. Setelah mendapatkan petuah yang cukup, Evliya memulai perjalanannya yang pertama kali di sekitar Istambul. Dia menulis dan menceritakan berbagai macam objek yang dia lihat dan datangi seperti berbagai macam bangunan, pasar, toko-toko, musik, literatur, festival, agama, adat-istiadat, serta kebudayaan.
Baru pada bulan April 1640, dia mulai melakukan perjalanannya yang pertama keluar dari kota Istambul. Dia pergi menuju Bursa dengan sahabatnya, ini merupakan perjalanan awal yang mendorongnya melakukan perjalanan panjang di seluruh kekuasaan Ottoman Turki dan luar negeri. Evliya terkadang menemani para petinggi kekaisaran menuju daerah-daerah pedesaan yang terpencil, kadang melakukan perjalanan dengan misi yang ditugaskan dari Sultan, dan kadang juga ikut melakukan peperangan.
Setelah sebuah perjalanan ke izmit, Evliya pergi ke Trabzon di sebuah pantai di Laut Hitam dengan Ketenci Omer Pasa yang akan bertemu dengan Gubernur Izmit. Selama tinggal di Izmit, dia menyaksikan kegagalan tentara Ottoman untuk menaklukan Kastil Azov. Setelah itu dia pindah ke Crimea danmenghabiskan musim dingin di tempat tersebut. Baru dia kembali ke Istambul, ketika tentara Ottoman berhasil menaklukan Kastil Azov.
Pada tahun 1645 dia menemani tentara Ottoman menaklukan pulau Kreta dan kembali ke Istambul untuk beristirahat selama 4 tahun. Lalu dia mulai melakukan perjalanan lagi menuju Anatolia, mengunjungi Azerbaijan dan Georgia selama usaha tentara Ottoman menaklukan para pemimpin lokal wilayah tersebut.
Dia juga melakukan perjalanan ke Gumushane, sebuah provinsi di timur laut Turki. Setelah menghabiskan musim dingin di Erzurum, Evliya ditugasi mengantarkan pesan kepada pemberontak Vardar Ali Pasa oleh Ottoman yang membuat perjanjian dengannya. Ketika mengantarkan pesan tersebut, Evliya tersesat akibat badai salju yang hebat tetapi dia bisa menemui sejumlah pemimpin pemberontak lainnya. Hal ini membuatnya bisa menulis kisah pemberontakan Vardar Ali Pasa secara komprehensif.
Antara tahun 1648-1650, Evliya melakukan perjalanan ke Damaskus. Dari perjalanan ini, dia melakukan eksplorasi lebih dalam mengenai negara Suriah dan Palestina. Lalu dia kembali ke istambul dan menemani pamannya Melek Ahmed Pasa untuk bertemu dengan perdana menteri di mana dia menjadi tahu berbagai macam intrik politik di Kekaisaran Ottoman. Selama menemani perdana menteri, Evliya memiliki kesempatan mengunjungi Balkan antara tahun 1651-1653.
Sekembalinya dari Balkan, dia mengunjungi Anatolia bagian timur dan Iran. Dia menghabiskan waktu dengan Sekte Yezidis sesat yang percaya bahwa Ali, putra Nabi Muhammad adalah Tuhan dalam bentuk manusia. Dia mengetahui banyak informasi mengenai sekte tersebut.
Setelah itu, dia melakukan perjalanan lagi dengan pamannya Melek Ahmed Pasa menuju Bosnia. Lalu, pada tahun 1660, dia mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Kose Ali Pasa. Selama ekspedisi tersebut, dia melakukan eksplorasi ke Albania, Bohemia dan wilayah sekitarnya.
Setelah menghabiskan musim dingin di Belgrade, dia kembali ke Istambul. Lalu dia bergabung dengan pasukan Fazil Ahmed Pasa menyerang Austria. Selama masa ekspedisi, Evliya juga mengunjungi Swedia dan Belanda. Kemudian dia kembali lagi ke Balkan untuk mengunjungi Edirne, Komotini dan Salonika. Lalu melanjutkan perjalanannya ke Yunani, Pulau Kreta dan menyaksikan kehebatan tentara Ottoman. Setelah itu mengunjungi pantai Adriatik melalui Albania dan kembali ke Istambul pada tahun 1670.
Merasa berdosa karena belum naik haji ke Mekkah, Evliya kembali ke Istambul untuk mempersiapkan perjalanannya yang terakhir. Dia menuju Mekkah melalui bagian barat Anatolia, kemudian melewati Scio dan Rhodes, melewati selatan Anatolia dan bergabung dengan jamaah haji di Syuria, dan akhirnya tiba di Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji.
Seusai dari Mekkah, dia menuju Mesir melalui terusan Suez bersama jamaah haji Mesir. Kemudian menuju Sudan dan Ethiopia, di mana dia tinggal di sana cukup lama. Namun tidak ada catatan sejarah di mana tepatnya Evliya menghembuskan nafas terakhirnya, apakah di Mesir atau di Istambul.
Seyahatname, Sebuah buku perjalanan Evliya Celebi
Seyahatname yang berarti sebuah buku perjalanan, merupakan karya besar dari Evliya Celebi. Dalam buku tersebut dia menuliskan dan menceritakan berbagai macam pengalamannya. Seyahatname terdiri dari 10 volume yang menggambarkan secara detail apa yang Evliya lihat dan dengar di wilayah-wilayah yang dia kunjungi. Dia menuliskan tentang komunitas , gaya hidup, bahasa, maupun budaya orang-orang di wilayah tersebut.
Buku tersebut merupakan catatan yang komprehensif untuk menggambarkan kehidupan pada abad ke-17. Evliya mampu menggambarkan objek-objek yang dilihatnya secara mendetail dan menarik. Selain itu, Evliya menuliskan bukunya dengan cara sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam. Dia tidak khawatir dengan kesalahan tata bahasa, asalkan yang membacanya paham.
Seyahatname sangat baik dalam menggambarkan hubungan Kekaisaran Ottoman dengan negara-negara lain. Buku tersebut merupakan sumber informasi yang berharga pasalnya buku tersebut mencakup pengetahuan tentang budaya, sejarah, geografis, cerita rakyat, bahasa, etnografi, sosiologi, arsitektur, dan ekonomi.
Evliya tidak hanya menuliskan apa yang dia lihat dan dengar saja. Tetapi dia juga berusaha menggambarkan kemajuan umat manusia di setiap bidang pada masa itu. Dia menuliskan tentang berbagai macam bangunan-bangunan penting seperti kerajaan, kastil, benteng, maupun masjid. Dia juga menuliskan biografi orang-orang yang penting dan terkenal. Karakter bangsa di setiap wilayah yang dikunjungi, juga kepercayaan-kepercayaan mereka.
Buku Seyahatname volume I hingga VIII diterbitkan pada tahun 1896-1928 dalam bahasa Arab. Sedangkan volume Seyahatname yang ke IX dan X dipublikasikann pada tahun 1935-1938 dalam bahasa Latin. Seyahatname juga dialihbahasakan ke bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Rusia, Hungaria, Romania, Bulgaria, Serbia, Yunani, Armenia dan bahasa-bahasa asing lainnya. Ada sebuah rumor bahwa Evliya juga membuat buku ke-duanya yang berjudul Sakaname. Namun buku tersebut hingga saat ini belum ditemukan keberadaannya.
Evliya juga menuliskan sejumlah kata-kata asli dari setiap wilayah yang dia kunjungi selama melakukan perjalanan. Dia juga menuliskan 30 dialek bahasa Turki dan 30 katalog bahasa asing lainnya di buku Seyahatname. Dia sempat menuliskan persamaan antara bahasa Persia dengan bahasa Jerman. Dalam buku tersebut dia mendeskripsikan berbagai macam bahasa Kaukasia, Tsakonian, Kudish, dan Ubykh.
Ibn Al-Banna, Seorang Ahli Matematika Maroko
Suku Banu Marin merupakan sekutu khalifah Umayyah di Kordoba, Spanyol. Suku tersebut kemudian tinggal di bagian timur Maroko di bawah kepemimpinan Abu Yahya. Mereka mulai menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya. Suku Banu Marin menaklukan Fez pada pada tahun 1248 dan menjadikan wilayah tersebut sebagai ibu kota. Kemudian mereka menaklukan Marrakesh dari kekuasaan suku Muwahhidun yang berkuasa pada tahun 1269. Dengan demikian Suku Banu Marin mengambil alih kekuasaan di seluruh Maroko. Setelah mereka berhasil menaklukkan Maroko, Banu Marin mencoba membantu Granada untuk mencegah kemajuan peradaban Kristen melalui negara mereka. Hubungan yang kuat antara Granada dan Maroko dapat menjelaskan kesulitan untuk mengetahui secara pasti dari negara mana al-Banna berasal dan sebagai penduduk asli.
Namun di Maroko-lah al-Banna mendapatkan pendidikan. Dia belajar mata pelajaran matematika yang terkemuka pada masa itu. Dia juga belajar tentang geometri pada umumnya, serta Elemen Euclid pada khususnya. Al Banna juga mempelajari angka-angka pecahan dan belajar banyak dari orang-orang Arab yang telah menciptakan matematika selama 400 tahun sebelumnya. Suku Banu Marin memiliki budaya yang kuat untuk belajar serta mencari ilmu pengetahuan. Mereka juga menjadikan Kota Fez sebagai pusat belajar dan kebudayaan. Di universitas di Fez, al-Banna mengajarkan semua cabang ilmu matematika termasuk dinataranya aritmatika, aljabar, geometri dan astronomi. Fez merupakan kota yang berkembang dengan pesat di mana di kota tersebut dibangun perumahan Royal Palace dan Masjid Agung. Banyak siswa yang diajar oleh al-Banna mengembangkan komunitas akademis di Fez. Hal ini menunjukkanpengaruh yang kuat al Banna terhadap para muridnya utuk terus melakukan studi dan diskusi dalam mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, khususnya matematika. Sebab ilmu matematika merupakan ilmu yang paling manarik perhatian al Banna.
Al-Banna merupakan penulis yang sangat produktif. Dia telah melahirkan sejumlah karya besar, terdapat 82 karya al Banna yang didaftar oleh Renaud. Namun tidak semua karya al Banna berupa tulisan tentang ilmu matematika, meskipun kebanyakan karyanya adalah matematika. Dia menulis buku berisi pengantar Elemen Euclid, menulis sebuah teks tentang aljabar, dan menulis berbagai karya tentang astronomi. Salah satu kesulitan untuk mengetahui karya asli al-Banna yang sebenarnya adalah berapa karya asli al Banna dan berapa banyak karyanya yang dia sadur dari para ahli matematika Arab yang sebelumnya tdiak diketahui secara pasti. Sebab sebagian karya-karya tersebut telah hilang. Dalam membuat karyanya, al Banna memang mendapatkan banyak pengaruh dari para ahli matematika Arab sebelumnya.
Al-Banna merupakan orang pertama yang mempertimbangkan pecahan sebagai perbandingan antara dua angka dan dia adalah orang pertama yang menggunakan ekspresi almanak (dalam bahasa Arab al -manakh berarti cuaca) dalam sebuah karya yang berisi data astronomi dan meteorologi.
Mungkin karya al-Banna yang paling terkenal adalah Talkhis amal al-Hisab (Ringkasan dari operasi aritmatika) dan Raf al-Hijab yang berisi komentar-komentar al-Banna terhadap karyanya Talkhis amal al-Hisab. Dalam karya ini al-Banna memperkenalkan beberapa notasi matematika yang membuat para ilmuwan percaya bahwa simbolisme aljabar pertama kali dikembangkan dalam Islam oleh ibn al-Banna dan al-Qalasadi. Menurut sejumlah catatan sejarah, berdasarkan biografi al-Qalasadi dan al-Banna dikatakan bahwa mereka merupakan penemu notasi matematika.
Dalam buku Raf al-Hijab karya al Banna, mengandung berbagai macam pecahan matematika dan mereka terus digunakan untuk menghitung perkiraan dari nilai akar kuadrat. Hasil menarik lainnya terdapat pada seri menjumlahkan hasil
13 + 33 + 53 + ... + (2n-1)3 = n2(2n2 - 1) dan
12 + 32 + 52 + ... + (2n-1)2 = (2n + 1)2n(2n - 1)/6.
Mungkin yang paling menarik dari karya al Banna adalah bekerjanya koefisien binomial yang dijelaskan secara rinci dalam bukunya tersebut. Al -Banna menunjukkan bahwa:
pC2 = p(p-1)/2
lalu
pC3 = pC2(p-2)/3.
Memang hal itu sulit dijelaskan tetapi akhirnya al-Banna menerngkan bahwa:
pCk = pCk-1(p - (k - 1) )/k.
sehingga hasilnya
pCk = p(p - 1)(p - 2)...(p - k + 1)/(k !)
Sebenarnya karya al Banna merupakan langkah kecil dari hasil segitiga Pascal yang ada tiga ratus tahun sebelumnya oleh al-Karaji. Namun Rashed menulis, menurut pendapatnya, ada sesuatu yang lebih fundamental daripada segitiga Pascal, hasil itu justru merupakan kombinatorial eksposisi al-Banna, bersama-sama membentuk hubungan antara angka dan kombinasi poligonal
Al Banna dan Karya-karyanya
Al Banna sebelum menjadi seorang ahli matematika yang hebat, semula d iabanyak belajar ilmu-ilmu tradisional seperti Bahasa Arab, tata bahasa (nahwu sharf), hadis, fiqh, tafsir Al Qur’an di kampung halamannya. Setelah itu ia diperkenalkan dengan matematika dan ilmu kedokteran oleh guru-guru pembimbingnya. Al-Banna sendiri diketahui pernah dekat dengan Saint Aghmat, Abu Zayd Abdur Rahman al-Hazmiri yang kemudian dikenal sebagai orang yang selalu mengarahkan dan memanfaatkan pengetahuan matematika Ibnu al-Banna untuk tujuan yang bersifat ramalan.
Al-Banna juga menjadi salah seorang yang mampu menguraikan atau menjabarkan prinsip-prinsip perhitungan dari bentuk-bentuk ghubar (hisab ghubar adalah suatu metode perhitungan yang berasal dari Persia). Dia juga menjadi seorang figur yang sangat legendaris serta sering disebut sebagai seorang ahli hal-hal ajaib karena kecerdasan dan kemampuannya yang luar biasa melebihi manusia pada umumnya. Hal ini dia lakukan dengan menerapkan ilmu pengetahuan ilmiahnya. Meskipun demikian, para biographer memuji kerendahan hatinya dan kesalehannya sebagai hamba Allah SWT. Dia mempunyai sifat yang begitu baik dan tingkah lakunya juga baik.
Karya-karya al-Banna sebenarnya lebih dari 80 judul dengan berbagai macam variasi ilmu pengetahuan yang berbeda-beda. Karya-karyanya meliputi ilmu tata bahasa (nahwu), bahasa retorika, fiqh, ushulluddin (perbandingan agama), tafsir al-Qur’an, logika, magic, pembagian warisan (al farai’d), ramalan, astronomi, meteorologi dan matematika, juga termasuk sebuah resume karya Imam al-Ghazali, “Ihya’ Ulumuddin”. Namun hanya sebagian karyanya yang dapat bertahan sampai sekarang ini. Di antara karya-karyanya tersebut ialah Talkhis fi Amal al-Hisab, Risalah fi Ilm al-Masaha, al-Maqalat fi al-Hisab,Tanbih al-Albab, Mukhtashar Kafi li al-Mutallib, Kitab al-Ushul al-Muqaddamat fi al-Jabr wa al-Muqabala, Kitab Minhaj li Ta’dil al-Kawakib, Qanun li Tarhil asy-Syams wa al-Qamar fi al-Manazil wa ma Kifat Auqat al-Lain wa al-Nahar, Kitan al-Yasar Taqwim al-Kawakib as-Sayyara, Madkhal an-Nujum wa Taba’i al-Huruf, Kitab fi Ahkam al-Nujum, juga KItab al-Manakh.
Dari sekian banyak karyanya, yang paling penting adalah Talkhis fi Amal al-Hisab yang menjadi perhatian para ilmuwan. Karya ini juga telah diterjemahkan oleh A.Marre, dan diterbitkan secara terpisah, di Roma pada tahun 1865. Al-Banna sendiri, sebagai seorang ilmuwan yang hebat pernah mendapat penghargaan yang tinggi dari Ibnu Khaldun yang berharap agar karya-karya al Banna dapat dikembangkan oleh ilmuwan lain sepeninggalnya.
Qadi Zada, Seorang Ahli Matematika dan Astronomi dari Bursa
Al-Fanari selain menasehatinya pergi ke pusat pemeblajaran juga tidak lupa memberikan surat rekomendasi bagi Qadi. Dia juga memberikan salah satu karyanya yang termasyhur dan berjudul Emmuzeg al-ulum (Tipe-tipe ilmu pengetahuan) sebagai tanda bahwa dia adalah seorang pelajar. Mengikuti nasehat gurunya, Qadi akhirnya belajar matematika dan astronomi di Transoxiana sebagai pusat kebudayaan. Pada tahun 1383 Qadi memiliki reputasi yang hebat sebagai ahli matematika dengan menyelesaikan bukunya yang berjudul Risala fi'l Hisab ( Risalah Aritmatika). Buku tersebut berisi pengetahuan kompleks mengenai aritmatika, aljabar, dan pengukuran.
Ketika Qadi masih muda, Timur, yang sering dikenal sebagai Timur Lenk memerintah kerajaan yang sekarang merupakan wilayah yang membentang dari Iran, Irak, dan bagian timur Turki. Setelah kematian Timur pada tahun 1405, kerajaan peninggalannya diperebutkan antara anak-anaknya. Namun, Shah Rukh yang merupakan anak keempat Timur Lenk akhirnya memenangkan perebutan kekuasaan peninggalan Timur Lenk tersebut. Pada tahun 1407, Shah Rukh mendapatkan kekuasaan secara menyeluruh di sebagian besar kerajaan, termasuk Iran dan Turkistan. Dia juga menguasai Samarkand. Wilayah yang dikuasai Shah Rukh merupakan pusat-pusat kebudayaan di mana Qadi belajar di sana. Wilayah tersebut meliputi Herat di Khorasan, Bukhara dan Samarkand di Transoxania.
Sekitar tahun 1407 Qadi akhirnya berangkat untuk mengunjungi kota-kota tersebut, termasuk Samarkand. Tidak ada yang mengetahui alasan Qadi untuk mengunjungi Samarkand saat dia sudah berumur. Pada masa mudanya, Qadi belum sempat mengunjungi kota-kota tersebut. Mungkin dia masih sibuk dengan astronominya. Saat mengunjungi kota-kota tersebut, Qadi sudah memiliki reputasi yang bagus sebagai seorang ahli matematika. Dia juga sudah menghasilkan karya berupa sebuah risalah aritmatika yang ditulisnya keika tinggal di Bursa pada tahun 1383. Buku risalah aritmatika tersebut berisi aritmetika, aljabar dan pengukuran.
Setelah mengunjungi sejumlah kota-kota pusat kebudayaan lainnya, Qadi baru mencapai kota Samarkand sekitar tahun 1410. Pada tahun sebelumnya Shah Rukh, telah menguasai kekaisaran Timur ayahnya dan memutuskan untuk menjadikan Herat di Khorasan sebagai ibu kota baru dan melnempatkan anaknya sendiri Ulugh Beg sebagai penguasa di Samarkand. Ulugh Beg saat itu baru berusia 17 tahun ketika bertemu dengan Qadi di Samarkand. Saat pertemuannya dengan Qadi, Ulugh Beg sangat mengagumi kecerdasan dan kehebatan Qadi dalam bidang matematika dan astronomi. Sehingga dia meminta Qadi untuk mengajarinya kedua ilmu tersebut. Hingga akhirnya Ulugh Beg juga menjadi seorang ahli astronomi yang terkemuka.
Qadi merupakan seorang ilmuwan yang jauh lebih tertarik kepada ilmu pengetahuan dan kebudayaan dari pada politik atau penaklukan militer. Tetapi bagaimanapun juga, dia menjadiseorang wakil penguasa di seluruh kerajaan, terutama wilayah Mawaraunnahr. Sehingga meskipun sedikit, dia mau tidak mau terkena arus politik. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Pertemuannya dengan Ulugh Beg merupakan titik balik bagi kehidupan Qadi Zada. Sehingga dia memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan bekerja di Samarkand. Dia juga menikah dengan seorang wanita di kota tersebut dan memiliki putra yang bernama Syams al-Din Muhammad.
Qadi menulis sejumlah karya-karya matematika dan astronomipada tahun-tahun pertama dia tinggal di Samarkand. Karya-karyanya ini banyak yang dipersembahkan untuk Ulugh Beg. Hal itu juga menunjukkan reputasi Qadi sebagai seorang guru muda yang brilian dan sangat ahli dalam bidang matematika. Qadi menulis komentar tentang Kompendium ahli astronomi al-Jaghmini pada tahun 1412 hingga 1413. Dia juga menulis komentar terhadap karya al-Samarqandi. Komentar kini adalah merupakan karya pendek yang hanya terdiri dari 20 halaman di mana ia membahas tiga puluh lima dari proposisi Euclid.
Pada tahun 1417 Ulugh Beg membangun madrasah atas dorongan Qadi. Madrasah tersebut digunakan oleh Qadi sebagai pusat pembelajaran yang terletak di depan alun-alun Rigestan di Samarkand. Dengan berdirinya madrasah tersebut, Ulugh Beg mulai mengumpulkan para ilmuwan terkemuka untuk mengajar di madrasahnya, termasuk al Kashi. Baik Qadi, Ulugh Beg, dan al Kashi merupakan para ahli astronomi dan ilmuwan terkemuka pada masa itu.
Pembangunan observatorium untuk penelitian astronomi dilaksanakan di Samarkand pada tahun 1424 oleh Ulugh Beg. Menurut Krisciunas salah seorang ilmuwan, observatorium yang dibangun Ulugh Beg adalah yang termegah di antara tempat pengamatan benda antariksa lainnya yang dimiliki peradaban Islam.
Saat observatorium tersebut dibangun, al-Kashi menulis surat kepada ayahnya yang tinggal di Kashan. Al Kashi memuji kemampuan matematika Ulugh Beg dan Qadi Zada. Dia menganggap kedua ilmuwan tersebut merupakan ilmuwany ang paling unggul dibandigkan para ilmuwan lainnya. Dalam surat tersebut, al Kashi juga menceritakan bahwa mereka sering mengadakan pertemuan ilmiah yang dipimpin oleh Ulugh Beg dan dihadiri para ilmuwan terkemuka. Saat membahas masalah-masalah dalam astronomi yang cukup sulit, biasanya al-Kashi dan Qadi Zada mampu menyelesaikan masalah tersebut tanpa kesulitan yang berarti.
Karya asli Qadi adalah perhitungan sin 1 ° dengan tingkat akurasi yang luar biasa. Dia menerbitkan metode perhitungan sin 1 ° dalam Risalat al jayb (Risalah Sinus). Al -Kashi sebagai teman seangkatannya juga menghasilkan sebuah metode untuk memecahkan masalah ini. Namun metode mereka berdua berbeda dan menunjukkan bahwa dua ilmuwan yang luar biasa tersebut sama-sama bekerja pada masalah yang sama di Samarkand. Qadi menghitung sin 1 ° mendekati tingat akurasi 10 pangkat minus 12.
Pekerjaan utama yang dilakukan Qadi dan sahabat-sahabatnya, baik al Kashi maupun Ulugh Beg di Observatorium di Samarkand adalah memproduksi Katalog bintang-bintang. Katalog yang dihasilkan di observatorium tesebut, merupakan katalog bintang pertama yang komprehensif sejak zaman Ptolemeus. Katalog bintang ini, sebagai katalog standar untuk pekerjaan seperti itu sampai abad ketujuh belas. Katalog bintang yang diterbitkan pada tahun 1437 itu menjelaskan 992 posisi bintang. Katalog bintang tersebut merupakan hasil dari kolaborasi para ilmuwan yang bekerja di Observatorium tetapi kontributor utamanya adalah Qadi Zada, Ulugh Beg, dan al-Kashi. Katalog bintang tersebut, selain berisi posisi bintang juga berisi tabel pengamatan yang dilakukan di Observatorium, serta berisi hasil perhitungan kalender trigonometri.
Qadi juga menulis komentar terhadap risalah astronomi karya ilmuwan besar Nashir ad-Din al-Tusi. Selain itu, dia juga menulis sebuah risalah mengenai masalah menghadapi Mekah, di mana masalah penting tersebut banyak didiskusikan oleh para astronom dan ahli matematika Muslim.
Setelah wafatnya al-Kashi, Qadi akhirnya menjadi direktur observatorium di Samarkand. Dia terus melakukan pekerjaan utama di Observatorium tersebut dengan memproduksi katalog bintang-bintang. Bahkan katalog bintang ini yang disebut Zij-i Sultani mengatur standar pekerjaan perbintangan hingga beberapa abad kemudian. Pada tahun 1436, Qadi akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya meninggalakan dunia fana ini untuk selamanya. Namun kontribusinya kepada ilmu astronomi dan matematika begitu besar. Bahkan banyak karya-karyanya masih digunakan hingga saat ini.
Tipu Sultan, Seorang Penguasa dan Pejuang Muslim India
Tipu Sultan selain sebagai seorang penguasa, juga seorang ilmuwan, prajurit serta pujangga. Walaupun dia beragama Islam, dia terkenal sangat toleran terhadap rakyatnya yang sebagian besar memeluk agama Hindu. Dia juga memenuhi permintaan Perancis untuk membangun sebuah gereja pertama di Mysore. Tipu dan Hyder Ali tidak hanya dikenal memiliki aliansi yang kuat dengan Perancis dalam usaha melawan Kolonialis Inggris, namun juga dengan Kekaisaran Maratha, Sira, Malabar, Coorg dan Bednur. Tipu juga terkenal menguasai banyak bahasa. Dia fasih dalam berbahasa Urdu, Kanada, Persia, dan Arab.
Tipu pernah membantu ayahnya Haidar Ali mengalahkan Inggris di Perang Mysore Kedua yang akhirnya Inggris mau melakukan negosiasi dalam Perjanjian Mangalore. Namun, Tipu terpaksa harus mundur dalam Perang Anglo-Mysore Ketiga dan Perang Anglo-Mysore Keempat sebab musuh membentuk aliansi yang kuat antara British East India Company, Nizam dari Hyderabad dan negeri kecil, Travancore.
Tipu lahir di Devanahalli, sekarang merupakan Bangalore District, yang terletak sekitar 33 km dari timur kota Bangalore. Dia dikenal sebagai orang yang sangat religius, pada masa pemeerintahannya terdapat konflik antara Sunni-Syiah dalam praktik agama.
Selama pemerintahannya, Tipu pernah membangun bendungan Krishna Raja Sagara menyeberangi sungai Cauvery. Dia juga menyelesaikan proyek Lal Bagh yang dimulai oleh ayahnya Hyder Ali. Dia membangun banyak jalan, gedung-gedung publik, serta pelabuhan di sepanjang garis pantai Kerala. Perdagangannya diperluas ke negara-negara lainnya termasuk Sri Lanka, Afghanistan, Prancis, Turki, dan Iran. Di bawah kepemimpinannya, Kompi militer pasukan Mysore terbukti menjadi sebuah sekolah ilmu militer bagi para pangeran India. Pukulan serius yang dilakukan pasukan Tipu terhadap Inggris di dalam Perang Mysore Pertama dan Kedua Perang meningkatkan reputasi mereka sebagai kekuatan tak terkalahkan.
Dr Abdul Kalam, mantan Presiden India, dalam sebuah orasinya pernah mengatakan, Tipu Sultan merupakan inovator di dunia perang yang pertama kali menggunakan roket. Dua roket ini yang diluncurkan pasukan Tipu ini ditangkap oleh pasukan Inggris di Srirangapatna yang sekarang disimpan di Royal Artillery Museum di London. Sebagian besar pertempuran Tipu Sultan menghasilkan kemenangan. Dia berhasil menaklukkan semua kerajaan kecil di selatan. Dia mengalahkan Marathas dan Nizams dan juga beberapa penguasa India yang telah mengalahkan pasukan Inggris. Tipu juga penguasa yang mulai mengadakan sistem mata uang, sistem perbankan, sistem kalender baru, dan sistem ukuran. Tipu sebenarnya berkeinginan untuk menjadi seorang sufi, tetapi ayahnya Hyder Ali bersikeras bahwa dia mampu menjadi prajurit dan pemimpin besar.
Sebagai seorang penguasa Muslim yang sebagian besar rakyatnya beragama Hindu, Tipu sering menghadapi masalah-masalah dalam membangun kekuatan legitimasi pemerintahannya. Dia juga terus berupaya untuk mencari jalan keluar dari keinginannya untuk dilihat sebagai penguasa Islam yang taat dengan kebutuhannya menjadi pragmatis untuk menghindari pertentangan agama dengan rakyatnya.
Beberapa ahli sejarah menyatakan bahwa Tipu memiliki sikap yang egaliter terhadap orang-orang Hindu dan dia hanya berlaku keras ketika bertentangan dengan masalah politik. Pada awal masa pemerintahannya, dia tampak lebih agresif karena adanya doktrin agama Islam dari ayahnya, Hyder Ali.
Pada tahun 1780 M Tipu menyatakan dirinya sebagai Kaisar Padishah atau Mysore dan dia membuat mata uang atas namanya sendiri tanpa meminta izin kepada Kaisar Mughal Shah Alam II yang sedang berkuasa. Salah seorang ahli sejarah, HD Sharma menulis bahwa Tipu Sultan menggunakan gelar kaisar sendiri untuk menyatakan kalau dia bermaksud mendirikan sebuah kerajaan di seluruh negeri, di sepanjang garis Kekaisaran Mughal yang berada di ambang kehancuran pada masa itu. Tipu juga menjalin aliansi dengan Prancis dengan tujuan utama memukul Inggris keluar dari India.
Tipu memiliki seorang tangan kanan yang bernama Sirdar Yar Muhammad yang juga dikenal sebagai Ghazi-e Mysore (Fighter Mysore). Dia lahir pada abad ke-18 dalam sebuah keluarga Rajput muslim Shah Muhammad, seorang sufi. Tipu merupakan salah satu murid dari Shah Muhammad sendiri. Sirdar Yar bergabung dengan Tentara Mysore dan segera menjadi salah satu jendral favorit Tipu. Sebab Tipu melihat perilaku patriotik, pemberani, dan gagah Sirdar Yar dalam medan perang dan dia sangat bangga akan hal itu.
Sirdar Yar sendiri bertempur dengan gagah berani dan tanpa rasa takut dalam Perang Seringapatam pada tahun 1799. Tetapi setelah mangkatnya Tipu di medan perang saat berusaha keras dan berjuang mempertahankan ibukotanya Srirangapattana dari tangan pasukan Inggris pada tanggal 4 Mei tahun 1799, Sirdar Yar merasa terpuruk. Dia melarikan diri ke bukit-bukit Kullu, kemudian lari ke pusat Punjab Maharaja Ranjit Singh. Dengan demikian, dia berhasil menghindari penangkapan oleh pasukan Inggris.
Setelah jatuhnya Pasukan Mysore, dia disebut sebagai salah satu anggota pasukan Mysore yang menjadi buronan tentara Inggris. East India Company terus berusaha untuk menangkapnya, baik hidup maupun mati, tetapi mereka tidak bisa berhasil. Beberapa anggota Sirdar Yar ada yang dibunuh oleh para penakluk India yang baru. Namun Sirdar Yarbersama dengan istrinya, dan ayahnya Shah Muhammad, serta anaknya Ilahi Bakhsh pergi melarikan diri dari tangkapan pasukan Inggris. Dia menghabiskan sisa hidupnya sebagai buronan. Diperkirakan dia meninggal pada pertengahan abad ke-19. Keturunannya hingga saat ini masih tinggal di Punjab, Pakistan.
Tipu Sultan mulai mempelajari taktik militer Perancis atas perintah ayahnya, Hyder Ali pada masa remajanya. Pada usia 15 tahun, Tipu menemani ayahnya Hyder Ali melawan Inggris dalam Perang Mysore Pertama pada tahun 1766. Dia juga menjadi komandan sebuah korps kavaleri dalam invasi Carnatic pada tahun 1767 saat dia berusia 16 tahun.
Perang Mysore Kedua
Tipu Sultan memimpin sekelompok pasukan besar dalam Perang Mysore Kedua pada bulan Februari 1782, dan dia mengalahkan Braithwaite di tepi Kollidam. Meskipun pasukan Inggris dikalahkan kali ini, Tipu menyadari bahwa Inggris merupakan ancaman serius bagi India. Tipu diangkat menjadi Sultan setelah kematian ayahnya, lalu dia bekerja keras untuk melihat kemajuan kekuatan pasukan Inggris dengan membuat aliansi dengan Kerajaan Marathas dan Mogul.
Tipu Sultan mengalahkan Kolonel Annagudi Braithwaite di dekat Tanjore pada tanggal 18 Februari 1782 yang memimpin tentara Inggris yang terdiri dari 100 orang Eropa, 300 kavaleri, 1400 tentara Sepoy. Tipu menyita semua senjata musuh dan menawan pasukan yang kalah tersebut. Pada bulan Desember 1781 Tipu berhasil merebut Chittur dari kekuasaan Inggris. Kehebatan Tipu tidak bisa terlepas dari upaya ayahnya Hyder Ali yang memberikan pelatian militer terhdapanya sejak dia masih kanak-kanak.
Perang Kedua Mysore berakhir dengan Perjanjian Mangalore. Perjanjian antara Sultan India dan Kolonial Inggris tersebut menjadi dokumen bergengsi dalam sejarah India. Meskipun demikian, Perang Mysore Kedua dianggap memiskinkan negara.
Pertempuran Pollilur
Pertempuran Pollilur terjadi pada tahun 1780 di Pollilur dekat kota Kanchipuram. Pertempuran ini merupakan bagian dari perang Anglo-Mysore kedua. Tipu dikirim oleh Hyder Ali dengan 10.000 laki-laki dan 18 senjata untuk mencegat Kolonel Baillie yang sedang dalam perjalanan untuk bergabung dengan Sir Hector Munro. Dalam pertempuran tersebut, sekitar 200 orang ditangkap hidup-hidup, tentara Sepoy yang berjumlah sekitar 3.800 orang juga ditangkap. Mereka sangat menderita. Munro sendiri sedang bergerak ke selatan untuk bergabung dengan kekuatan Inggris yang dipimpin Baillie. Namun, saat pasukan Inggris kalah, Munro terpaksa mundur ke Madras dan menelantarkan pasukan artileri di dekat sebuah tangki air di Kanchipuram.
Perang Srirangapattana
Setelah Horatio Nelson mengalahkan Brueys François-Paul D'Aigalliers pada Pertempuran di Sungai Nil di Mesir pada tahun 1798 M, dia menuju ke Mysore pada tahun 1799 dan mengepung ibukota Srirangapattana di Mysore.
Dalam perang tersebut, terdapat lebih dari 26.000 prajurit British East India Company yang terdiri dari sekitar 4000 orang Eropa dan sisanya India. Sedangkan Nizam dari Hyderabad yang merupakan aliansi Inggris menyediakan 10 batalion dan lebih dari 16.000 kavaleri. Pasukan Inggris sendiri berjumlah lebih dari 50.000 tentara. Sementara Tipu Sultan hanya memiliki sekitar 30.000 pasukan. Inggris akhirnya menembus tembok kota Srirangapattana. Tipu Sultan sendiri wafat dalam pertempuran itu dengan gagah berani. Wellesley, salah satu pemimpin pasukan Inggris meraba denyut nadi Tipu dan dia menegaskan bahwa Tipu sudah meninggal.Tipu terbunuh di gerbang jalan yang terletak 300 meter dari Benteng Srirangapattana. Benteng tersebut dibangun 5 tahun sebelum mangkatnya Tipu.